Kamis, 15 Januari 2015

GARRY TENGKER: CARA MEMILIH VENDOR TRAINING YANG TEPAT

Semakin hari semakin banyak organisasi yang akhirnya menyadari pentingnya pelatihan (training) dalam keberlangsungan organisasi kita. Kesadaran ini diwujudkan dengan munculnya satu bagian khusus dalam HR atau bagian SDM yang khusus untuk menangani masalah pelatihan, yang seringkali disebut dengan bagian HR Training ataupun HR People Development. Hal ini sangat baik, karena dengan situasi ini kita bisa melihat bahwa manusia bukan lagi dianggap sebagai capital tapi sudah dianggap sebagai asset.
Isu yang sering muncul di bagian HR Training adalah ketika kita sudah mengetahui judul materi beserta tujuan pelatihan yang ingin dicapai, pertanyaan besar berikutnya yang harus dijawab adalah “Siapa yang harus membawakan materi pelatihan tersebut?”.
Kami membaginya menjadi dua opsi besar, yaitu dibawakan oleh pihak internal atau pihak eksternal (vendor). Uniknya, memilih vendor training hampir sama dengan membeli kucing dalam karung. Kita hanya bisa tahu kualitas satu vendor setelah training tersebut dijalankan. Artinya, banyak organisasi mengalami kesulitan untuk memfilter mana vendor atau trainer yang berkualitas dan mana yang tidak.
Untuk itu, inilah yang kami selalu sarankan kepada banyak perusahaan rekanan kami tentang tips memilih vendor yang benar:
1.       Tanyakan Spesialisasi Vendor atau Trainernya
Tiap vendor memiliki spesialisasinya masing-masing. Ada vendor yang memiliki spesialisasi di Marketing, Service ataupun Public Speaking. Sangat berbahaya jika Anda bertanya kepada vendor tersebut “apa spesifikasi vendor Anda?” dan kemudian dia menjawab “kami bisa semua jenis training”. Karena tiap vendor biasanya hanya akan fokus kepada beberapa materi tertentu saja. Jangan sampai Anda memilih vendor yang hanya spesialis di Marketing untuk membawakan materi yang berhubungan dengan Selling Skill, karena dapat dipastikan semua materi yang akan dibawakan pasti akan lari ke arah Marketing.
Ketika ditanya, apa yang menjadi spesialisasi dari Lutan Edukasi, maka kami secara gamblang menyatakan ada empat spesialisasi kami: Leadership, Selling, People Development dan Strategy Execution.
2.       Tanyakan apakah trainer yang nantinya akan mengajar pernah memiliki pengalaman bekerja atau pengalaman mengajar di perusahaan yang proses bisnisnya sama dengan perusahaan Anda.
Hal ini tentu saja penting, karena akan menyangkut tentang seberapa kuat trainer tersebut mampu menceritakan pengalaman dan juga bagaimana trainer tersebut membangun studi kasus untuk dibahas.
3.      Minta waktu agar Anda bisa mengobserve trainer tersebut ketika trainer tersebut sedang mengajar
Tanyakan kepada vendor tersebut tentang jadwal terdekat yang dimiliki oleh trainer tersebut, sehingga Anda bisa melihat bagaimana cara dan metode mengajarnya.
4.      Tanyakan apakah vendor tersebut memiliki afiliasi dengan perusahaan yang membuat standarisasi materi
Kualitas bahan yang akan disampaikan sangatlah penting. Afiliasi vendor dengan perusahaan pembuat standar materi berhubungan sekali dengan hak paten. Ada beberapa vendor yang pernah terkena masalah karena melakukan plagiarisme dan kemudian harus dibawa ke masalah hukum (bukan hanya vendor yang terkena, tapi perusahaan Anda bisa terkena imbasnya).
5.      Follow Up apa yang bisa ditawarkan
Kesuksesan sebuah training bukan saja terletak pada kepuasan peserta tetapi juga apakah training tersebut mampu mengubah sikap, pengetahuan atau ketrampilan peserta. Untuk itu dibutuhkan follow up tools yang bisa memonitor hal tersebut.
Apakah vendor tersebut berpengalaman untuk melakukan monitoring sesudah pelatihan?

Kesimpulan
Selama ini training sering dianggap sebagai cost bagi perusahaan, dan persepsi itu akan semakin benar jika kita memilih vendor yang salah. Mari kita telisik lebih dalam mengenai vendor mana yang pantas untuk diinvestasikan.
Sama seperti ketika kita memilih sekolah untuk anak, kita akan memberikan usaha lebih untuk memfilter sekolah mana yang tepat untuknya. Usaha yang sama patut kita berikan bagi organisasi / perusahaan kita sehingga sampailah kita kepada konsep Human is an Asset for our Organization.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar