Senin, 17 Maret 2014

HARUSKAH STAFF HRD LULUSAN DARI PSIKOLOGI? -Konsep yang salah tentang pekerjaan HRD-

Seringkali saya melihat koran dan membaca lowongan pekerjaan untuk posisi staff HRD. Yang paling unik adalah mayoritas lowongan tersebut mempersyaratkan harus lulusan dari Psikologi (beberapa juga lulusan Hukum).

Ada beberapa miss-interpretation tentang pekerjaan HRD itu sendiri. Karena HRD memiliki banyak sekali bagian:

Recruitment adalah tugas pertama bagi HRD
Ya memang tidak bisa dipungkiri, jika perusahaan baru berdiri atau jumlah populasinya tidak terlalu banyak, maka tugas utama HRD adalah melakukan perekrutan.
Dalam proses rekrutmen, skill utama yang dibutuhkan adalah aspek psikologi. Sehingga tidak bisa dipungkiri, banyak orang HRD adalah lulusan psikologi.
Tapi izinkan saya memperkenalkan salah satu rekan saya yang sama sekali bukan lulusan psikologi tapi memiliki kemampuan dalam membaca hasil psiko-test yang jauh melebihi lulusan S1 psikologi. Tentu saja hal ini bersifat kasuistik.

HRD bukan hanya bertugas untuk merekrut
Berikut saya tampilkan beberapa tugas dari HRD lainnya selain melakukan perekrutan, bahkan jika organisasi tersebut cukup besar, mereka akan membentuk bagian khusus yang menangani masalah ini:
1. Training
Peran dari HRD adalah bagaimana mereka mampu untuk menyiapkan karyawan untuk memenuhi kebutuhan terhadap peningkatan kemampuan dan pengetahuan mereka.
Seorang staff HRD harus mampu melakukan Training Need Analysis secara terencana.
Saya sendiri sering membawakan materi tentang TNA. Kasus yang sering kali terjadi adalah sering kali mereka memberikan training kepada karyawan bukan berdasarkan kebutuhan tetapi berdasarkan trend.
Dalam hal ini, tentu saja kemampuan dalam psikologi bukan menjadi hal yang utama. Berikut adalah skill yang harus dimiliki untuk melakukan dan mengelola pelatihan:
- Training Need Analysist
- Memiliki pengetahuan akan informasi pelatihan (public training)
- Memiliki data-data vendor penyedia jasa pelatihan
- Organize Training.

2. Talent Management
Skup dari pengelolaan Talent adalah bagaimana orang HRD harus mampu memetakan mana saja karyawan yang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di masa depan.
Skill yang dibutuhkan:
- Talent Pool
- Membuat program retensi karyawan
- Survey Employee Engagement
- Survey 360 degrees

3. HR Strategy
Ini adalah skill lain yang dibutuhkan oleh orang-orang HRD. Tentu saja skill ini bukan lagi berbicara mengenai bagaimana mengelola manusia atau karyawan, tetapi bagaimana HRD mampu memunculkan awareness bahwa tugas pengelolaan bukan hanya tugas HRD tapi tugas para lini manager.

4. Change Management
HRD harus mampu berfungsi sebagai agen perubahan ketika perusahaan menelurkan suatu kebijakan baru. Sehingga saya akan menganggap HRD melakukan kesalahan besar jika mereka sendiri tidak akrab dengan para karyawan dari perusahaan tersebut.
Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan dimana HRD staff nya sering kali berganti-ganti. Suatu kali HRD staff yang di rekrut di perusahaan kami adalah orang yang belum memiliki pengalaman. Bukan hanya itu, dia sama sekali tidak bersosialisasi dengan para karyawan yang lain. Akibatnya, kebijakan apapun yang dikeluarkan oleh perusahaan akhirnya tidak bisa tersosialisasi dengan baik.

Kalimat saya mungkin cukup keras, tapi jangan pernah bermimpi menjadi seorang staff HRD yang baik jika Anda sendiri tidak mengenal nama-nama dari para karyawan yang bekerja di perusahaan Anda.

KESIMPULAN
Ada satu persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh HRD staff ketika dia sudah bergabung dengan sebuah organisasi atau perusahaan. Dan skill yang dimaksud bukanlah skill psikologi, tapi skill yang lebih dalam lagi. Yaitu bagaimana HRD mengetahui macam-macam karakter, dan mampu beradaptasi dengan para karyawan. 

Kamis, 06 Maret 2014

TEKNIK PENJUALAN: SKILL DAN KEBERUNTUNGAN

Saya memiliki pengalaman melihat seorang sales yang dianggap berhasil oleh perusahaanya karena angka penjualannya sangat tinggi luar biasa. Tapi setelah saya menelusurinya, hasil penjualan yang dia punya sama sekali bukanlah hasil usahanya.

Dia mendapat hasil penjualan tersebut, karena limpahan dari sales terdahulu yang lebih dahulu resign dan juga limpahan dari atasannya yang dalam sistem perusahaan tersebut memang tidak boleh berjualan lagi.

Orang ini jelas sekali tidak memiliki passion dalam dunia penjualan, skillnya juga dalam melakukan penjualan tidak mengalami perkembangan, dia tidak melakukan proses penjualan dengan baik, bahkan dia tidak mengeluarkan usaha lebih untuk mendapatkan klien, yang dia punya hanyalah keberuntungan.

Bukankah kita sering menghadapi masalah yang sama? Saya yang sudah mengetuk pintu ribuan calon pembeli tapi penjualan saya tidak sehebat orang tersebut, yang menurut saya bahkan hampir tidak pernah melakukan teleprospecting.

KONSISTENSI
Saya percaya ketika kita melakukan penjualan, jangan hanya berpikir sempit bahwa kita hanya mencapai target. Tapi kita juga berbicara mengenai tentang mendalami skill. Semakin baik proses yang Anda lakukan, saya percaya bahwa hasil yang baik pasti akan menghampiri Anda sebentar lagi.

Bagaimana dengan orang yang seperti diatas? Selama dia tidak melakukan proses dengan benar, maka pencapaian yang dia dapat tidak akan konsisten.

LIFE'S SUCKS
Anda harus paham bahwa ada beberapa orang yang memiliki keberuntungan seperti itu, mungkin karena dia jago menjilat ataupun jago merayu. Tapi itulah hidup.
Anda akan menyebut dia sebagai penjilat, karena Anda tidak ada dalam posisinya. Seandainya Anda berada dalam posisi dia, maka Anda tidak akan menyebut diri Anda sebagai "Penjilat" tapi sebagai orang yang "pandai membina hubungan".
Dalam hidup, tidak ada jaminan. Sebaik apapun Anda melakukan proses penjualan, tidak ada jaminan angka penjualan Anda akan melebihi target, tapi satu hal yang pasti, bahwa semakin hari Anda semakin belajar.
Dan saya yakin kesempatan itu pasti akan datang juga. Walaupun itu berarti bahwa anda mendapatkan kesempatan di tempat lain.

KEPEMIMPINAN PARTAI DI INDONESIA: RUNNING BY MAN OR BY SYSTEM

Ketika berbicara mengenai kepemimpinan, maka proses terbesar dari seorang pemimpin adalah bagaimana dia menciptakan pemimpin berikutnya. Seorang pemimpin haruslah mampu menciptakan suksesor, bukan menciptakan follower.

Ketika saya mencoba membandingkannya dengan dunia politik yang terjadi di Indonesia, hal ini tentu saja sangat berbeda. Di beberapa partai politik dinamika partai tersebut masih bergantung kepada orang, bukan kepada sistem yang ada.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita harus memberikan penghargaan kepada beberapa partai yang secara sistem kepemimpinan sudah cukup mapan. Partai tersebut adalah:

1. Partai Golkar
2. PPP
3. PKS

Ketiga partai ini dapat berdiri tanpa harus terikat dengan figur siapapun. Kita masih ingat bagaimana setelah kejadian 1998, Golkar sempat dibenci rakyat karena dianggap sebagai konco Suharto. Tapi yang terjadi sampai saat ini adalah, setelah melewati 3 Pemilu (1999, 2004, 2009), Golkar selalu menempati posisi 2 besar; bahkan mereka memenangi PEMILU 2004. Bahkan hal ini akan berlanjut di pemilu 2014, dimana hanya Golkar dan PDI Perjuangan yang mampu bertahan dengan elektabilitas di atas 15%.

Begitu juga dengan PPP. Partai yang dicap sebagai partai Orba ini tetap eksis, walaupun mengalami penurunan pemilih. Namun massanya tetap setia, tanpa memandang siapa yang menjadi ketua umumnya. Lalu bagaimana dengan PKS, setali tiga uang. Ketika Ketua Umumnya (mereka menyebutnya sebagai Presiden PKS) saat itu terkena kasus korupsi, maka basis partai ini tetap kuat.

Hal ini dapat kita bandingkan dengan beberapa partai besar lainnya seperti Gerindra (Prabowo), PDI Perjuangan (Megawati Sukarnoputri), Nasdem (Surya Paloh), Hanura (Wiranto), Demokrat (SBY).

Upaya pengkaderan terus dilakukan oleh partai-partai ini, namun tetap saja stigma pemilih tetap mengkaitkan hubungan partai tersebut dengan figur.

PDI Perjuangan
Partai ini sebenarnya lahir dari perjuangan Megawati dalam mempertahankan Partai Nasionalis yang berakar dari partai yang didirikan oleh ayahnya, Sang Proklamator, yaitu Partai Nasional Indonesia.
PDI Perjuangan tidak mungkin bisa lepas dari figur Megawati sendiri. Bahkan menurut survei yang saya lakukan, figur Megawati sendiri sudah lepas dari bayang-bayang figur Sukarno.
Saya sangat menunggu, apakah Megawati berani mencalonkan JOKOWI sebagai Calon Presiden 2014, karena jika benar hal ini terjadi, tentu saja ini akan mendobrak gaya politik PDI-P yang selama ini harus memiliki darah Sukarno.

Semua alur politik, khususnya PEMILU 2014, akan bergantung pada keputusan Megawati.

NEPOTISME
Seandainya mau jujur, saya sama sekali tidak punya masalah dengan nepotisme. Bahkan jika harus memilih orang untuk mengemban tugas tertentu, saya akan memilih keluarga saya, SELAMA DIA ADALAH ORANG YANG BERKOMPETEN.

Sebagai contoh, tidak masalah sebenarnya jika dulu Habibie mempromosikan anaknya untuk mengepalai PTPN (Perusahaan Pesawat Terbang), karena memang dia berkompeten untuk masalah ini. Yang jadi masalah adalah kalau pemilihannya dilakukan tanpa dasar kompetensi.


Apple
Banyak orang yang berdecak kagum dengan kelihaian Steve Jobs dalam menciptakan inovasi. Tapi bagi saya, ada yang lebih besar dari sekedar penciptaan inovasi, yaitu penciptaan kader, bagaimana dia mempersiapkan Tim Cook untuk meneruskan Apple.
Setelah meninggalnya Jobs, Apple sampai saat ini masih bisa terus bertahan.

Organisasi yang baik sekali lagi harus mampu melepaskan dirinya dari figur yang ada.