Berikut ini saya akan menampilkan pasangan calon Gubernur DKI Jakarta dari sudut pandang HR.
Ketika melihat seorang kandidat "karyawan" yang akan menempati posisi tertentu, maka ada beberapa hal yang akan kita perhatikan. Mari kita anggap (analogi) bahwa Jakarta adalah sebuah Perusahaan Bank, sehingga kita sebagai orang HR lebih mudah menganggapinya.
Jika Jakarta adalah sebuah sebuah Bank, maka Jakarta adalah Cabang Utama dari Sebuah Perusahaan besar bernama "Indonesia" yang dipimpin oleh CEO "Presiden Joko Widodo" dan Dewan Komisaris di DPR.
Jadi perebutan kursi Gubernur sama seperti orang yang sedang ingin melamar untuk posisi Kepala Cabang Utama.
1. DARI SISI PENGALAMAN KERJA
a. Anies - Sandiaga
Anies memiliki pengalaman di Kantor Pusat, tetapi sebagai seorang Kepala Bagian atau setara dengan GM di bidang Pendidikan. Namun karena ada restrukturisasi, dia tidak diperpanjang masa kerjanya.
Alasan pemberhentian Anies pun sebenarnya hanya diketahui oleh CEO-nya.
Tetapi secara track record, Anies tidak memiliki masalah yang berarti.
Sandiaga disisi lain adalah seorang CEO, tetapi dari perusahaan lain dengan skala nasional bahkan internasional. Hanya saja, dia menjadi CEO, tetapi dari Industri Jasa, yang tidak ada hubungannya dengan Perbankan.
b. Ahok - Djarot
Ahok memang adalah seorang Kepala Cabang yang sekarang menjabat. Hanya saja selama dia menjabat, ada beberapa bawahan yang tidak cocok dengan dia, bahkan ada beberapa nasabah yang merasa dia terlalu kasar. Tetapi di bawah kepemimpinan dia, Cabang Utama ini menjadi sangat rapih dari berbagai aspek, khususnya sistem.
Dari sisi pengalaman, dia memiliki pengalaman dalam memimpin Kantor Cabang Pembantu (Bupati Belitung Timur), namun dia hanya menjabat selama setahun karena waktu itu dia juga melamar di Kantor Cabang (Gubernur Bangka Belitung) tetapi gagal.
Namun setelah itu, dia kemudian dipercaya untuk menjadi Dewan Komisaris (DPR) untuk Kantor Pusat.
Djarot walaupun dia awalnya hanya seorang yang diajukan oleh CEO yang lama (Partai PDI-P), tetapi pengalaman dalam dunia perbankannya cukup oke. Karena dia adalah mantan Kepala Cabang Pembantu di Blitar, dimana dia sempat menjadi Kepala CaPem yang paling menonjol pada eranya.
c. Agus-Sylviana
Agus adalah seorang Supervisor di Kantor Pusat. Ketika dia sedang melamar menjadi Kepala Cabang Utama di DKI, maka dia harus meninggalkan jabatan Supervisornya itu.
Dia orang yang berbakat, karena dalam usia muda, dia di prediksi bisa memiliki karir yang bagus, mengingat ayahnya adalah mantan CEO dari Perusahaan ini.
Sylviana adalah seorang Deputi yang bertugas di bawah Ahok. Dari sisi pengalaman, maka dialah yang paling lama bekerja di Kantor Cabang Utama ini. Dia mengetahui seluk beluknya karena pernah menempati beberapa divisi berbeda.
d. Kesimpulan
Dari sisi Pengalaman, maka peringkatnya:
1. Ahok - Djarot
2. Agus - Sylvana
3. Anies - Sandiaga
2. DARI SISI KAPABILITAS/ KOMPETENSI
Ketika mengukur kompetensi seseorang, maka ada 3 aspek utama yaitu: Skill, Knowledge dan Attitude. Tetapi disini saya hanya akan membahas attitude
a. Anies - Sandiaga
Anies adalah orang yang dikenal memiliki attitude yang sangat baik.
Sandiaga tidak memiliki masalah dengan attitude, karena tidak ada kasus yang dimunculkannya yang terlalu mencolok
b. Ahok - Djarot
Ahok memang memiliki ketegasan yang sangat baik, hanya saja beberapa attitude yang tidak sesuai dengan keinginan nasabah. Beberapa kali mengucapkan kalimat kasar, dan itu menjadi preseden yang cukup buruk untuknya
Djarot tidak memiliki masalah yang berarti dengan attitude.
Permasalahan dari kedua pasangan ini adalah karena mereka pernah berselisih di depan media beberapa kali.
c. Agus-Sylviana
Agus secara attitude, dia adalah seorang yang sangat baik karena dibesarkan di Divisi yang mengutamakan kedisiplinan. Hanya saja dia terlilit dengan persepsi yang kurang baik terkait era kepemimpinan ayahnya selama menjadi CEO.
Sylviana adalah seorang yang memiliki attitude baik. Bahkan ketika dia ingin bersaing dengan atasannya (Ahok) untuk bertarung di pilgub ini, dia menyampaikan dengan baik dan tanpa konflik.
d. Kesimpulan
Dari sisi Attitude, maka peringkatnya:
1. Anies - Sandiaga
2. Agus - Sylvana
3. Ahok - Djarot
3. DARI SISI PSIKOMETRIK
Ketika saya mengajar di kelas saya tentang Kepribadian manusia, maka saya sering menggunakan metode DISC (Dominance, Influence, Steadiness, Compliance); namun biar lebih mudah saya akan sandingkan dengan metode Personality Plus (Koleris, Sanguin, Plegmatis, Melankolis).
Yang saya bahas adalah karakterisitik kepribadiannya, namun harus diingat, setiap kepribadian pasti memilihi plus dan minus.
a. Anies - Sandiaga
Anies adalah Tipikal Steadiness (Plegmatis). Orang yang memiliki rasa sungkan tinggi, sopan santun yang tinggi. Namun tipikal steadiness memiliki kecenderungan untuk kesulitan menetapkan prioritas, karena dia ingin mengerjakan semuanya dalam waktu yang bersamaan.
Sandiaga adalah tipikal Influence (Sanguin), yang merupakan orang yang jago dalam meyakinkan orang lain agar sepaham dengan pendapatnya. Mampu memotivasi anggota tim dengan baik. Hanya saja tidak menyukai hal-hal yang detail.
Perpaduan antara Steadiness dan Influence sangat baik karena sangat mudah diterima oleh masyarakat, karena kedua karakteristik ini memang berorientasi pada "people", manusia dan hubungan.
b. Ahok - Djarot
Ahok adalah seorang Dominance (Kolerik), adalah tipikal orang yang langsung to the point. Ketika melihat ada sesuatu yang salah, maka dia akan mendamprat orang tersebut di depan muka orang tersebut. Fokus untuk mencapai target yang diberikan kepadanya, walaupun cenderung kurang memikirkan perasaan anggota timnya.
Djarot tipikal yang sama dengan Anies, yaitu Steadiness (Plegmatis). Tetapi karakteristik Steadiness dia yang paling menonjol adalah "mengalah". Mengalah itu bisa dilihat dari dua sisi: baik dan buruk.
c. Agus-Sylviana
Agus tipikal Compliance (Melankolis) adalah orang yang sangat fokus, detail dan memiliki tingkat ketelitian yang sangat baik. Kelebihan utamanya adalah sangat obyektif dalam menilai orang lain. Permasalahan dengan tipikal Compliance adalah memang terlalu kaku, sehingga terlihat memiliki jarak dengan "bawahannya", yaitu rakyat Jakarta.
Sylviana memiliki tipikal yang sama.
Dalam DISC, saya berulang kali membicarakan kecocokan antara dua karakteristik ini jika berpasangan, yaitu karakter yang bersilangan.
Dominance dan Steadiness:
Contoh: SBY (Steadiness) dan JK (Dominance); Jokowi (Steadiness) dan JK (Dominance), Soeharto (Dominance) dan Try Sutrisno, Sri Sultan, Sudharmono (Steadiness).
Influence dan Compliance:
Contoh: Soekarno (Influence) dan Hatta (Compliance); Obamma (Influence) dan Biden (Compliance)
d. Kesimpulan
Dari sisi Pengalaman, maka peringkatnya:
1. Ahok - Djarot
2. Anies - Sandiaga
3. Agus - Sylviana
Berikut keterangan saya. Sekali lagi, hal ini bukanlah prediksi tetapi murni berdasarkan analisis saya sebagai pelaku di dunia HRD.
Salam Sukses,
Garry Tengker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar