1. Keluarga Hartono (Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono)
Bisnis Utama: Djarum, Bank BCA, Grand Indonesia
Kekayaan: 15,4 Miliar USD (sekitar 7,7 Miliar USD masing-masing)
Michael dan adiknya, Robert Budi Hartono, mewarisi Djarum setelah ayah mereka, Oei Wie Gwan, meninggal pada tahun 1963. Oei Wie Gwan meninggal tidak lama setelah pabrik rokok Djarum terbakar habis.
Michael dan Robert bahu membahu mengibarkan bendera Djarum sampai ke luar negeri. Saat ini Djarum mendominasi pasar rokok kretek di Amerika Serikat, jauh melebihi Gudang Garam dan Sampoerna.
Pada 23 November 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono menduduki peringkat pertama dengan total kekayaan 14 miliar dollar AS[1].
Selain industri rokok, saat ini Michael dan Robert merupakan pemegang saham terbesar dari Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 persen saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik.
Saat ini, di Amerika Serikat pun perusahaan rokok ini memilki pangsa pasar yang besar, dan di negeri asalnya sendiri, Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.[butuh rujukan] Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor.
2. Susilo Wonowidjojo
Bisnis Utama: Gudang GaramKekayaan: 5,5 Miliar USD
Usia: 60
Susilo Wonowidjojo (Cai Daoping) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia adalah anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, perusahan rokok kretek diKediri, Jawa Timur. Pada tahun 2013, Majalah Forbes menobatkan ia sebagai orang terkaya no. 4 di Indonesia[1]. Pada 2000, ia menggantikan kakaknya Rahman Halim atau Tjoa To Hing (anak pertama Surya Wonowidjojo) sebagai pimpinan Gudang Garam yang meninggal pada 27 Juli 2008 di Singapura[2].
3. Anthoni Salim
Bisnis Utama: Indofood, Bogasari, Asuransi ACA
Kekayaan: 5,4 Miliar USD
Usia: 67
Salim Group pada masa ayah dari Anthony Salim yaitu Sudono Salim sebenarnya pernah mengalami masa keemasan yaitu sebelum terjadi krisis moneter pada tahun 1998. Bahkan majalah Forbes pernah menobatkan pendiri Salim Group tersebut sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Namun saat terjadi krisis moneter, Salim Group banyak mempunyai hutang hingga mencapai 55 Trilyun rupiah. Anthony Salim yang memegang kekuasaan pada Salim Group akhirnya harus melunasi hutangnya dengan cara menjual beberapa perusahaan yang dimilikinya yaitu PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA, dan PT Indomobil Sukses Internasional.
Meskipun demikian, Anthony Salim masih mempunyai beberapa perusahaan besar yang tidak dia jual. Perusahaan tersebut antara lain adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills. Kedua perusahaan ini merupakan perusahaan penghasil mie instant dan tepung terigu terbesar di dunia.
4. Eka Tjipta Widjaja
Bisnis Utama: Sinar Mas GroupKekayaan: 5,3 Miliar USD
Usia: 92
Eka Tjipta Widjaja (lahir di Quanzhou, Fujian, Republik Rakyat Tiongkok dengan nama Oei Ek Tjhong, 3 Oktober 1923; umur 92 tahun) adalah seorang pengusaha dan pendiri serta pengendali Sinarmas Group. Ia merupakan orang pertama terkaya di Indonesia menurut Majalah Globe Asia edisi bulan desember 2012 dengan kekayaan mencapai 8,7 miliar Dolar Amerika Serikat. [1]
Pada tahun 2011, menurut Forbes, ia menduduki peringkat ke-3 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 8 miliar [2][3].
Eka Tjipta dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, Republik Rakyat Tiongkok. Pada tahun 1931, ia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Ia juga merupakan pendiri dari yayasan Eka Tjipta Foundation.
Eka Tjipta adalah ayah dari Oei Hong Leong, orang terkaya ke-32 di Singapura pada tahun 2013.
5. Chairul Tanjung
Bisnis Utama: Bank Mega, Carrefour Indonesia, Garuda Indonesia (Saham terbesar), Detik.com, AntaVaya Tour and Travel, Metro Dept Store, Trans TV dan Trans 7, Trans Studio.
Kekayaan: 4,8 Miliar USD
Usia: 53
6. Sri Prakash Lohia
Bisnis Utama: Indorama (Tekstil Polyester)
Kekayaan: 4,7 Miliar USD
Usia: 63
7. Bachtiar Karim
Bisnis Utama: Musim Mas (Perkebunan Sawit)
Kekayaan: 3,3 Miliar USD
Usia: 59
Musim Mas sendiri sebenarnya sudah dirintis oleh kakeknya sejak 1932 di Medan. Awalnya perusahaan tersebut memproduksi sabun dengan nama pabrik Nam Cheong[2]. Ketika kakeknya meninggal, ayah Bachtiar, Anwar Karim, belum bisa meneruskan usaha itu karena baru berusia 12 tahun. Namun ketika usianya menapaki 20 tahun, ia mulai dipercaya membesarkan pabrik sabun itu dan berkembang dengan mendirikan pabrik refinasi. Tahun 1972, Anwar Karim mulai menggunakan nama Musim Mas, setelah sebelumnya sempat menggunakan nama PT Lambang Utama. Nama Musim Mas sendiri merupakan terjemahan dari nama ibunda Anwar (bahasa Cina) yang kalau diindonesiakan menjadi Musim Semi Mas. Tahun 1988, Musim Mas pun mengembangkan usahanya ke perkebunan yang merupakan sektor upstream bisnis refinasi. Keputusan menggarap sektor hulu karena sempat mengalami kesulitan mendapatkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Musim Mas masuk ke kebun kelapa sawit demi mendukung industri hilir yang sudah lebih dulu digarap. Selain Kelapa sawit, grup ini juga memiliki Hotel Mikie Holiday di Brastagi, Sumut, yang dibangun tahun 2000[3]. Selain itu juga ada PT Megasurya Mas yang memproduksi berbagai produk sabun, seperti Harmony, Medicare, Lervia, Lark dan Champion[4].
8. Boejamin Setiawan
Bisnis Utama: Kalbe
Kekayaan: 3 Miliar USD
Usia: 82
dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D. (Khouw Liep Boen, lahir pada tahun 1943) lebih dikenal dengan "Dr. Boen" adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Bersama 6 saudaranya, ia mendirikan PT Kalbe Farma, bergerak dibidang farmasi, yang berkembang menjadi Grup Kalbe. Grup Kalbe berkembang kebeberapa lini,diantaranya: farmasi, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, sarana riset modern, pendidikan (Kalbis Institute) dan rumah sakit[1]. Pada 2008, jabatannya di Kalbe digantikan oleh Bernadette Ruth Irawati Setiady, keponakan dari Dr. Boen. Pada 2013, majalah Forbes menobatkan Dr. Boen sebagai orang terkaya no. 7 di Indonesia[2].
Awalnya, Kalbe didirikan oleh 6 bersaudara: Khow Lip Tjoen, Theresia Harsini Setiady, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, dan Fransiscus Bing Aryantodisebuah garasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 10 September 1966. Awalnya Kalbe menggarap obat-obat etikal (obat dengan resep dokter), dan berlanjut memproduksi obat-obat bebas (over the counter/OTC). Beberapa produk yang dikembangkan antara lain Promag, obat batuk Wood's, Neuralgin, Mixagrip, Komix, Extra Joss dan Prenagen .
9. Mochtar Riady
Bisnis Utama: Lippo Group
Kekayaan: 2,2 Miliar USD
Usia: 86
10. Tahir
Bisnis Utama: Mayapada Group
Kekayaan: 2 Miliar USD
Usia: 63
Dato’ Sri Tahir (Terlahir Ang Tjoen Ming ) (lahir di Surabaya, 26 Maret 1952; umur 63 tahun) adalah seorang pengusaha di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Ia menjadi dikenal karena mampu menjadi orang terkaya keduabelas di Indonesia[1] dan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta untuk kesehatan.
11. Peter Sondakh
Bisnis Utama: Rajawali Corporation
Kekayaan: 1,9 Miliar USD
Usia: 63
12. Kusnan dan Rudy Kirana
Bisnis Utama: Lion Air
Kekayaan: 4,7 Miliar USD
Usia: 63
Rusdi Kirana, S.E. (lahir 17 Agustus 1963; umur 52 tahun) merupakan seorang pengusaha Indonesia yang kini menjabat sebagai CEO Lion Air Group. Pada 19 Januari 2015, ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.[1][2] Di bidang politik, sejak 12 Januari 2014, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.[3] Lion Air Group yang dipimpinnya menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan yaitu Lion Air, Wings Air,Batik Air, Malindo Air dan Thai Lion Air.
13. Mordaya Poo
Bisnis Utama: .
Kekayaan: 4,7 Miliar USD
Usia: 63
Di sisi lain, keluarga mantan anggota DPR periode 2004-2009 yang dikenal kaya raya dari kalangan pengusaha ini, pada tahun 2009 lalu juga menguap di beberapa berita lain dimana dalam pemberitaan tersebut menyatakan bahwa kediamannya yang terletak di Jl. Teuku Umar adalah salah satu cagar budaya yang seharusnya dilarang diubah bentuknya apalagi sampai dirombak total seperti rumahnya. Dalam pemberitaan tersebut, rumah Murdaya bahkan telah ditingkat dan ditambah ornamen-ornamen keagamaan. Padahal, menurut Perda DKI Jakarta No 9/1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya, bangunan yang masuk dalam cagar budaya dilarang dirombak, berubah bentuk, dan pemeliharaannya harus menggunakan bahan yang sama. Saat itu, Murdaya masih menjabat sebagai anggota DPR Komisi III hanya diam tak berkomentar ketika dimintai keterangan lebih lanjut.
14. Putra Sampoerna
Bisnis Utama: Sampoerna Strategic
Kekayaan: 1,65 Miliar USD
15. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Bisnis Utama: Emtek
Kekayaan: 1,6 Miliar USD
Usia: 62
16. Ciputra
Bisnis Utama: Ciputra Grup
Kekayaan: 1,5 Miliar USD
Usia: 84
17. Eddy William Katuari
Bisnis Utama: Wings Group
Kekayaan: 1,45 Miliar USD
Usia: 64
Eddy William Katuari adalah seorang pengusaha dari Indonesia. Ia adalah pemimpin dari Wings Group, yang awalnya bergerak di produksi Sabun dan Detergen dengan nama "Fa wings", berbasis di Surabaya, Jawa Timur. Ia adalah generasi kedua Grup Wings dan merupakan anak dari pendiri Wings Group, Johannes Ferdinand Katuari[1]. Dibawah kepemimpinannya, Wing Grup mengembangkan sayapnya ke produk rumah tangga, perawatan pribadi dan produksi makanan. Tahun 2000-an, Wings Group merambah bisnis properti, perkebunan, oleo chemical, dan keramik. Di industri oleo chemical, Wings Surya berkerjasama dengan Grup Salim dan Grup Lautan Luas lewat PT Ecogreen. Sedangkan di bisnis packaging, Wings bermitra bersama PT Djarum menghadirkan PT Unipack[2]. Pada 2014, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, ia menduduki peringkat ke-19[3].
18. Eka Tjandranegara
Bisnis Utama: Grup Mulia (Hotel Mulia, Wisma Mulia)
Kekayaan: 1,4 Miliar USD
Usia: 69
Eka Tjandranegara (lahir di Sanggau, Kalimantan Barat) atau Tjan Kok Hui adalah seorang pengusaha berkebangsaan Indonesia. Bersama 3 saudaranya, Tjandra Kusuma(Tjan Boen Hwa), Gunawan Tjandra (Tjan Kok Kwang), dan Djoko S. Tjandra (Tjan Kok Hui), mereka mendirikan Grup Mulia yang memiliki bisnis inti properti, keramik, logam dan kaca pada 1970. Awalnya mereka menjual bahan bangunan. Pada 5 November 1986, mereka mendirikan PT Mulia Industrindo Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) pada 17 Januari 1994. Perusahaan ini memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Muliaglass dan PT Muliakeramik Indahraya. Selain itu, dua perusahaan di bidang keuangannya adalah Muliaglass Finance Limited dan Muliakeramik Finance Limited. Muliaglass menghasilkan float kaca, wadah kaca, glass block, dan kaca pengaman. Produk float kaca diekspor ke lebih dari 50 negara dengan volume ekspor mencapai 65 persen dari produksi perusahaan pada 2000. PT Muliakeramik Indahraya menghasilkan ubin lantai dan dinding keramik. Ia juga memiliki Hotel Mulia di kawasan Senayan Jakarta dan Bali, Wisma Mulia di Jakarta serta mall dan kondominium Anggrek Mall[1][2]. Pada 2014,Forbes menempatkan Theodore Permadi Rachmat dalam daftar orang terkaya di Indonesia urutan ke-17[3].
19. Kuncoro Wibowo
Bisnis Utama: Kawan Lama (ACE Hardware Indonesia, LivingWorld, Alam Sutera)
Kekayaan: 1,38 Miliar USD
Usia: 60
20. Theodore Rachmat
Bisnis Utama: Triputra
Kekayaan: 1,35 Miliar USD
Usia: 72
Kekayaan: 4,8 Miliar USD
Usia: 53
Chairul Tanjung (ejaan Soewandi: Chairul Tandjung, lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 53 tahun[1]) adalah pengusaha asalIndonesia. Ia menjabat sebagai Menko Perekonomian menggantikan Hatta Rajasa sejak 19 Mei 2014 hingga 27 Oktober 2014. Namanya dikenal luas sebagai pengusaha sukses yang memimpin CT Corp.[2]
Chairul memulainya bisnisnya ketika ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia[2]. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya.[3] Kini perusahaan konglomerasi miliknya CT Corp, menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, dan CT Global Resources.
Pada 16 Mei 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian. Ia menggantikanHatta Rajasa yang telah resmi mengundurkan diri. "Saya telah mengambil kesimpulan untuk mengangkat saudara Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian yang baru"kata SBY di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta.[13][14]
Bisnis Utama: Indorama (Tekstil Polyester)
Kekayaan: 4,7 Miliar USD
Usia: 63
Pada tahun 1973, Lohia pindah ke Indonesia bersama ayahnya, Mohan Lal Lohia, dan merintis Indorama Synthetics. Perusahaan tersebut mulai memproduksi benang pintal tahun 1976. Pada 1991, Indorama Synthetics melakukan diversifikasi dan merambah industri serat poliester. Resin poliester botol (PET) mulai diproduksi tahun 1995.
Tahun 2006, Lohia mengakuisisi pabrik olefin terintegrasi di Nigeria dan saat ini merupakan perusahaan petrokimia terbesar diAfrika Barat sekaligus produsen olefin terbesar kedua di benua Afrika.[3]
Indorama Corporation adalah perusahaan holding utama milik Lohia yang berkantor pusat di Singapura.
Pada tahun 2012, Lohia dianugerahi Pravasi Bharatiya Samman Award (Overseas Indian Award) oleh Presiden India.[6]
Tahun 2013, Lohia adalah miliarder terkaya ke-395 di dunia dengan kekayaan bersih sebesar $3,4 miliar (versi majalah Forbes).
7. Bachtiar Karim
Bisnis Utama: Musim Mas (Perkebunan Sawit)
Kekayaan: 3,3 Miliar USD
Usia: 59
Musim Mas sendiri sebenarnya sudah dirintis oleh kakeknya sejak 1932 di Medan. Awalnya perusahaan tersebut memproduksi sabun dengan nama pabrik Nam Cheong[2]. Ketika kakeknya meninggal, ayah Bachtiar, Anwar Karim, belum bisa meneruskan usaha itu karena baru berusia 12 tahun. Namun ketika usianya menapaki 20 tahun, ia mulai dipercaya membesarkan pabrik sabun itu dan berkembang dengan mendirikan pabrik refinasi. Tahun 1972, Anwar Karim mulai menggunakan nama Musim Mas, setelah sebelumnya sempat menggunakan nama PT Lambang Utama. Nama Musim Mas sendiri merupakan terjemahan dari nama ibunda Anwar (bahasa Cina) yang kalau diindonesiakan menjadi Musim Semi Mas. Tahun 1988, Musim Mas pun mengembangkan usahanya ke perkebunan yang merupakan sektor upstream bisnis refinasi. Keputusan menggarap sektor hulu karena sempat mengalami kesulitan mendapatkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Musim Mas masuk ke kebun kelapa sawit demi mendukung industri hilir yang sudah lebih dulu digarap. Selain Kelapa sawit, grup ini juga memiliki Hotel Mikie Holiday di Brastagi, Sumut, yang dibangun tahun 2000[3]. Selain itu juga ada PT Megasurya Mas yang memproduksi berbagai produk sabun, seperti Harmony, Medicare, Lervia, Lark dan Champion[4].
8. Boejamin Setiawan
Bisnis Utama: Kalbe
Kekayaan: 3 Miliar USD
Usia: 82
dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D. (Khouw Liep Boen, lahir pada tahun 1943) lebih dikenal dengan "Dr. Boen" adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Bersama 6 saudaranya, ia mendirikan PT Kalbe Farma, bergerak dibidang farmasi, yang berkembang menjadi Grup Kalbe. Grup Kalbe berkembang kebeberapa lini,diantaranya: farmasi, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, sarana riset modern, pendidikan (Kalbis Institute) dan rumah sakit[1]. Pada 2008, jabatannya di Kalbe digantikan oleh Bernadette Ruth Irawati Setiady, keponakan dari Dr. Boen. Pada 2013, majalah Forbes menobatkan Dr. Boen sebagai orang terkaya no. 7 di Indonesia[2].
Awalnya, Kalbe didirikan oleh 6 bersaudara: Khow Lip Tjoen, Theresia Harsini Setiady, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, dan Fransiscus Bing Aryantodisebuah garasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 10 September 1966. Awalnya Kalbe menggarap obat-obat etikal (obat dengan resep dokter), dan berlanjut memproduksi obat-obat bebas (over the counter/OTC). Beberapa produk yang dikembangkan antara lain Promag, obat batuk Wood's, Neuralgin, Mixagrip, Komix, Extra Joss dan Prenagen .
9. Mochtar Riady
Bisnis Utama: Lippo Group
Kekayaan: 2,2 Miliar USD
Usia: 86
Mochtar Riady yang lahir di Malang, Jawa Timur 12 Mei 1929 adalah pendiri Lippo Group, sebuah grup yang memiliki lebih dari 50 anak perusahaan. Jumlah seluruh karyawannya diperkirakan lebih dari 50 ribu orang. Aktivitas perusahaannya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hadir di kawasan Asia Pasifik, terutama di Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, dan Shanghai.
Sejarah Lippo Group bermula ketika Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa, Lie Mo Tie membeli sebagian saham di Bank Perniagaan Indonesia milik Haji Hasyim Ningpada 1981. Waktu dibeli, aset bank milik keluarga Hasyim telah merosot menjadi hanya sekitar Rp 16,3 miliar. Mochtar sendiri pada waktu itu tengah menduduki posisi penting diBank Central Asia, bank yang didirikan oleh keluarga Liem Sioe Liong. Ia bergabung dengan BCA pada 1975 dengan meninggalkan Bank Panin.
Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi orang kepercayaan Liem Sioe Liong. Aset BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.
Bergabung dengan Hasyim Ning membuat ia bersemangat. Pada 1987, setelah ia bergabung, aset Bank Perniagaan Indonesia melonjak naik lebih dari 1.500 persen menjadi Rp257,73 miliar. Hal ini membuat kagum kalangan perbankan nasional. Ia pun dijuluki sebagai The Magic Man of Bank Marketing.
Dua tahun kemudian, pada 1989, bank ini melakukan merger dengan Bank Umum Asia dan semenjak saat itu lahirlah Lippobank. Inilah cikal bakal Lippo Group. Saat ini Lippo Group memiliki lima cabang bisnis yakni :
- Jasa keuangan: perbankan, reksadana, asuransi, manajemen asset, sekuritas.
- Properti dan urban development: kota satelit terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan dan perbelanjaan, perkantoran dan kawasan industri.
- Pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi.
- Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektonik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.
- Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen otomotif, industri semen, porselen, batu bara dan gas bumi. Melalui Lippo Industries, grup ini juga aktif memproduksi komponen elektronik seperti kulkas dan AC merk Mitsubishi. Sedangkan komponen otomotif perusahaan yang dipimpin Mochtar ini sukses memproduksi kabel persneling.
10. Tahir
Bisnis Utama: Mayapada Group
Kekayaan: 2 Miliar USD
Usia: 63
Dato’ Sri Tahir (Terlahir Ang Tjoen Ming ) (lahir di Surabaya, 26 Maret 1952; umur 63 tahun) adalah seorang pengusaha di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Ia menjadi dikenal karena mampu menjadi orang terkaya keduabelas di Indonesia[1] dan seorang filantropis yang mampu menyumbangkan US$ 75 Juta untuk kesehatan.
Saat terjadi banjir di Jakarta, ia bersama Alim Markus (Maspion) dan Mochtar Riady (Lippo Group) ikut menyumbangkan Rp 7 Miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir[5] .
Sementara sumbangannya yang sangat dikenal adalah US$ 75 Juta untuk The Global Fund untuk melawan TBC, HIV, dan Malaria di Indonesia, bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. US$ 10 Juta di antaranya digunakan untuk memperluas akses kontrasepsi. Dengan bermitra bersama Bill & Melinda Gates Foundation, sumbangannya dilipatgandakan menjadi US$ 150 Juta [6]
Bisnis Utama: Rajawali Corporation
Kekayaan: 1,9 Miliar USD
Usia: 63
Melalui Rajawali Corporation, ia membangun kemitraan mengembangakan Hyatt Hotel dan Novotel Sheraton menjadi jaringan hotel bintang lima. Pada tahun 2009, perusahaan mengakuisisi jaringan hotel berbintang lima lain di luar Indonesia. Ini peluang besar dengan Surfers Paradise Resort Hotel Pty. lmtd dari Australia. Perusahaan tersebut merupakan jaring hotel di Australia yang baru-baru ini membangun St. Regis Resort di Bali.
Setelah kehilangan banyak uang dari transaksi properti, Sondakh menyadari bahwa sudah waktunya untuk memulai cara yang lebih diandalkan dari pendapatan. Dia memperluas bisnis ayahnya dan pada tahun 1984, perusahaan Rajawali Corporation adalah mitra bisnis pertamanya. Bersama-sama, mereka membangun Grand Hyatt di Jakarta dan kemudian.
12. Kusnan dan Rudy Kirana
Bisnis Utama: Lion Air
Kekayaan: 4,7 Miliar USD
Usia: 63
Rusdi Kirana, S.E. (lahir 17 Agustus 1963; umur 52 tahun) merupakan seorang pengusaha Indonesia yang kini menjabat sebagai CEO Lion Air Group. Pada 19 Januari 2015, ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.[1][2] Di bidang politik, sejak 12 Januari 2014, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.[3] Lion Air Group yang dipimpinnya menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan yaitu Lion Air, Wings Air,Batik Air, Malindo Air dan Thai Lion Air.
13. Mordaya Poo
Bisnis Utama: .
Kekayaan: 4,7 Miliar USD
Usia: 63
Di sisi lain, keluarga mantan anggota DPR periode 2004-2009 yang dikenal kaya raya dari kalangan pengusaha ini, pada tahun 2009 lalu juga menguap di beberapa berita lain dimana dalam pemberitaan tersebut menyatakan bahwa kediamannya yang terletak di Jl. Teuku Umar adalah salah satu cagar budaya yang seharusnya dilarang diubah bentuknya apalagi sampai dirombak total seperti rumahnya. Dalam pemberitaan tersebut, rumah Murdaya bahkan telah ditingkat dan ditambah ornamen-ornamen keagamaan. Padahal, menurut Perda DKI Jakarta No 9/1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya, bangunan yang masuk dalam cagar budaya dilarang dirombak, berubah bentuk, dan pemeliharaannya harus menggunakan bahan yang sama. Saat itu, Murdaya masih menjabat sebagai anggota DPR Komisi III hanya diam tak berkomentar ketika dimintai keterangan lebih lanjut.
14. Putra Sampoerna
Bisnis Utama: Sampoerna Strategic
Kekayaan: 1,65 Miliar USD
Usia: 68
Dalam tradisi keluarga Tionghoa, ketika seorang kepala keluarga meninggal, yang mewariskan bisnis keluarga adalah anak tertua di keluarga tersebut. Namun saat itu, anak tertua Liem, Swie Hua, sudah memiliki bisnis perdagangan tembakau sendiri di Jawa Tengah dan Kudus yang kondisi finansialnya saat itu mendekati bahkan di atas Sampoerna. Anak keduanya, Swie Ling, sudah membangun pabrik rokok sendiri, PT Panamas, di Bali. Anak bungsunya, Kwang, tidak menunjukkan minat terhadap bisnis ini. Akhirnya bisnis rokok Sampoerna dilanjutkan oleh anak ketiga dan keempatnya, Sien dan Hwee, bersama dengan suami masing-masing.
Setelah kematian Liem, bisnis rokok Sampoerna jatuh memburuk. Hal ini diperparah dengan adanya konflik manajemen dan buruh, serta persaingan bisnis yang semakin ketat terutama dari perusahaan-perusahaan asing yang menjual rokok sigaret kretek mesin. Di tahun 1959, pabrik-pabrik rokok Sampoerna dapat dikatakan hampir tidak beroperasi. Sebagian besar mesin pengaduk dan pembuat sigaret sudah dijual dan perusahaan dalam kondisi terpecah-pecah, terancam kebangkrutan.
Swie Hwa, anak pertama Liem, merasa perlu melakukan sesuatu. Namun masalahnya ia sudah memiliki bisnis perdagangan tembakau sendiri. Ia pun mengirimkan surat kepada adiknya, Swie Ling, di Bali dan menceritakan kondisi Taman Sampoerna kini, memohonny auntuk kembali. Mendengar betapa terpuruknya Taman Sampoerna, Swie Ling setuju untuk kembali. Ia mulai merintis kembali perusahaan tersebut dan memfokuskan produksinya pada merek Dji Sam Soe.
Bisnis Utama: Emtek
Kekayaan: 1,6 Miliar USD
Usia: 62
16. Ciputra
Bisnis Utama: Ciputra Grup
Kekayaan: 1,5 Miliar USD
Usia: 84
Setelah menyelesaikan kuliahnya di ITB, Ciputra mengawali kariernya di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Ciputra bekerja di Jaya Group sebagai direksi sampai dengan usia 65 tahun, dan setelah itusebagai penasihat. Di perusahaan tersebut, Ciputra diberi kebebasan untuk berinovasi, termasuk di antaranya dalam pembangunan proyekAncol.
Kemudian bersama dengan Sudono Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Budi Brasali dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Pada masa itu, Ciputra duduk sebagai direktur utama di Jaya Group dan di Metropolitan Group sebagai presiden komisaris. Akhirnya Ciputra mendirikan grup perusahaan keluarga, Ciputra Group.
Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Selain itu, Bank Ciputra yang didirikannya ditutup oleh Pemerintah karena dianggap tidak layak,[3] dan Asuransi Jiwa Ciputra Allstate yang baru dirintis menjelang krisis pun ikut ditutup.[4] Dengan adanya kebijakan moneter dari pemerintah dan diskon bunga dari beberapa bank, ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.
17. Eddy William Katuari
Bisnis Utama: Wings Group
Kekayaan: 1,45 Miliar USD
Usia: 64
Eddy William Katuari adalah seorang pengusaha dari Indonesia. Ia adalah pemimpin dari Wings Group, yang awalnya bergerak di produksi Sabun dan Detergen dengan nama "Fa wings", berbasis di Surabaya, Jawa Timur. Ia adalah generasi kedua Grup Wings dan merupakan anak dari pendiri Wings Group, Johannes Ferdinand Katuari[1]. Dibawah kepemimpinannya, Wing Grup mengembangkan sayapnya ke produk rumah tangga, perawatan pribadi dan produksi makanan. Tahun 2000-an, Wings Group merambah bisnis properti, perkebunan, oleo chemical, dan keramik. Di industri oleo chemical, Wings Surya berkerjasama dengan Grup Salim dan Grup Lautan Luas lewat PT Ecogreen. Sedangkan di bisnis packaging, Wings bermitra bersama PT Djarum menghadirkan PT Unipack[2]. Pada 2014, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, ia menduduki peringkat ke-19[3].
18. Eka Tjandranegara
Bisnis Utama: Grup Mulia (Hotel Mulia, Wisma Mulia)
Kekayaan: 1,4 Miliar USD
Usia: 69
Eka Tjandranegara (lahir di Sanggau, Kalimantan Barat) atau Tjan Kok Hui adalah seorang pengusaha berkebangsaan Indonesia. Bersama 3 saudaranya, Tjandra Kusuma(Tjan Boen Hwa), Gunawan Tjandra (Tjan Kok Kwang), dan Djoko S. Tjandra (Tjan Kok Hui), mereka mendirikan Grup Mulia yang memiliki bisnis inti properti, keramik, logam dan kaca pada 1970. Awalnya mereka menjual bahan bangunan. Pada 5 November 1986, mereka mendirikan PT Mulia Industrindo Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) pada 17 Januari 1994. Perusahaan ini memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Muliaglass dan PT Muliakeramik Indahraya. Selain itu, dua perusahaan di bidang keuangannya adalah Muliaglass Finance Limited dan Muliakeramik Finance Limited. Muliaglass menghasilkan float kaca, wadah kaca, glass block, dan kaca pengaman. Produk float kaca diekspor ke lebih dari 50 negara dengan volume ekspor mencapai 65 persen dari produksi perusahaan pada 2000. PT Muliakeramik Indahraya menghasilkan ubin lantai dan dinding keramik. Ia juga memiliki Hotel Mulia di kawasan Senayan Jakarta dan Bali, Wisma Mulia di Jakarta serta mall dan kondominium Anggrek Mall[1][2]. Pada 2014,Forbes menempatkan Theodore Permadi Rachmat dalam daftar orang terkaya di Indonesia urutan ke-17[3].
19. Kuncoro Wibowo
Bisnis Utama: Kawan Lama (ACE Hardware Indonesia, LivingWorld, Alam Sutera)
Kekayaan: 1,38 Miliar USD
Usia: 60
Bisnis perkakas ini berlanjut dengan didirikan PT Kawan Lama Sejahtera pada tahun 1980. Dalam kurun waktu yang tidak lama, mereka membuka kantor pusat di gedung baru, empat lantai di kawasan Glodok Jaya.
Dibantu oleh lima saudaranya, ia mulai berekspansi dengan mendirikan PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk pada tahun 1995. PT. Ace Hardware Indonesia, Tbk. adalah pemegang lisensi tunggal ACE Hardware, sebuah perusahaan retail perabot rumah tangga dan perkakas dari Amerika Serikat. Di Indonesia perusahaan ini menjual berbagai produk perkakas rumah tangga dan industri, perkakas kantor, mainan, furnitur, dan barang-barang lainnya[3]. Ace Hardware Indonesia, pertama kali membuka tokonya diSupermal Karawaci, Tangerang, pada tahun 1995.
Tahun 1997, dengan pesatnya perkembangan perusahaan dan kebutuhan, PT Kawan Lama Sejahtera akhirnya berpindah kantor pusat ke gedung baru berlantai 9 di kawasan Meruya-Kembangan, Jakarta Barat. Di tempat tersebut, mereka juga membuka showroom untuk displai produk seluas 2.000 m2. Showroom tersebut dilengkapi dengan sistem katalog yang terkomputerisasi sehingga sangat memudahkan visualisasi produk ke calon pembeli dan memungkinkan simulasi dan testing produk bagi calon pembeli yang ingin menjajal produknya.
Ekspansi bisnis Grup Kawan Lama berlanjut, pada tahun 2011, melalui PT Retail Estate Solution, mereka membangun Living World, Alam Sutera dengan luas ACE Hardware: 15.000 m2. Living World, Alam Sutera ini mendapat tiga rekor MURI yaitu sebagai Pusat Perlengkapan Rumah Tangga dan Gaya Hidup Modern Terbesar di Indonesia, seluas 15.000 m2 dengan 75.000 jenis barang; Informa Furnishings sebagai Pusat Furniture dan Aksesoris Pelengkap Hunian dan Bisnis Terbesar di Indonesia, seluas 25.000 m2 dengan 25.000 jenis barang; dan Toys Kingdom sebagai Toko Mainan Terbesar di Indonesia, seluas 3.000 m2 dengan 15.000 jenis barang. Selain itu, ACE Hardware Living World dianugerahi juga sebagai store ACE Hardware terbesar di dunia.
Melalui Kawan lama Sejahtera ini, Kuncoro Wibowo dengan total kekayaan 1.6 miliar US$ dinobatkan sebagai orang terkaya no. 20 oleh Majalah Forbes tahun 2014[4][5].
20. Theodore Rachmat
Bisnis Utama: Triputra
Kekayaan: 1,35 Miliar USD
Usia: 72
Theodore Permadi Rachmat (Oei Giok Eng) (lahir di Kadipaten, Majalengka, 15 Desember 1943; umur 72 tahun) atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat adalah seorang pengusaha yang berasal dari Indonesia. Awalnya ia dikenal dengan kiprahnya sebagai pimpinan Grup Astra, perusahaan yang didirikan oleh pamannya William Soeryadjaya. Ia memulai kariernya sebagai sales Astra pada tahun 1968, setelah dia lulus, ia masuk sebagai karyawan ke-15. Pada tahun 1972, dia dipecaya untuk memulai pekerjaannya mengelola United Tractors (anak perusahaan Astra yang bergerak di bidang alat berat) hingga tahun 2005.
Selepas dari Astra, ia mendirikan perusahaan sendiri yaitu Triputra Group yang bergerak di beberapa bidang seperti karet olahan, batu bara, perdagangan, manufakturing, agribisnis, dealership motor dan logistik pada Oktober 1998[1]. Selain itu bersama Edwin Soeryadjaya, saudara sepupunya, ia turut terlibat membesarkan perusahaan tambang batu bara di Kalimantan, PT Adaro Energy[2].
Pada 2014, Forbes menempatkan Theodore Permadi Rachmat dalam daftar orang terkaya di Indonesia urutan ke-14[3].
#21 | Ciliandra Fangiono | $1.3 B | 39 | palm oil | |
#22 | Djoko Susanto | $1.2 B | 65 | retail | |
#23 | Husodo Angkosubroto | $1.18 B | 61 | agribusiness, property, insurance | |
#24 | Achmad Hamami | $1.15 B | 85 | heavy equipment | |
#25 | Martua Sitorus | $1.13 B | 55 | palm oil | |
#26 | Soegiarto Adikoesoemo | $1.08 B | 77 | chemicals | |
#27 | Low Tuck Kwong | $1.05 B | 67 | coal | |
#28 | Hary Tanoesoedibjo | $1 B | 50 | media | |
#29 | Purnomo Prawiro | $990 M | 69 | taxis | |
#30 | Abdul Rasyid | $975 M | 58 | timber | |
#31 | Harjo Sutanto | $970 M | 89 | consumer goods | |
#32 | Husain Djojonegoro | $950 M | 66 | consumer goods | |
#33 | Edwin Soeryadjaya | $930 M | 66 | coal, investments | |
#34 | Sukanto Tanoto | $880 M | 66 | diversified | |
#35 | Aksa Mahmud | $850 M | 70 | cement | |
#36 | Alexander Tedja | $820 M | 70 | real estate | |
#37 | Hashim Djojohadikusumo | $750 M | 61 | diversified | |
#38 | Kartini Muljadi | $715 M | 86 | pharma | |
#39 | Benny Subianto | $710 M | 73 | coal, investments | |
#40 | Sudhamek | $665 M | 59 | consumer goods | |
#41 | Lim Hariyanto Wijaya Sarwono | $660 M | 88 | palm oil | |
#42 | Garibaldi Thohir | $605 M | 50 | coal | |
#43 | Osbert Lyman | $600 M | - | - | |
#44 | Jogi Hendra Atmadja | $590 M | 69 | consumer goods | |
#45 | Iwan Lukminto | $540 M | 40 | inherited | |
#46 | Sjamsul Nursalim | $470 M | 75 | tires, retail | |
#47 | Irwan Hidayat | $460 M | - | herbal medicine | |
#48 | Arifin Panigoro | $450 M | 70 | oil | |
#49 | The Ning King | $410 M | 85 | diversified | |
#50 | Soetjipto Nagaria | $400 M | 75 | real estate |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar