Kali ini saya mau sharing perjalanan saya dari Jakarta ke Bali via Jalur Darat. Mudah2an bisa pembaca bisa dapat info.
Btw, karena ini tulisan sudah cukup lama, dan waktu itu belum ada jalan tol. Maka saya tulis yang terbaru untuk JAKARTA- BALI yang melalui jalan tol, bisa langsung klik disini.
UNTUK Perjalanan Pulang Bali menuju Jakarta via Darat, klik Disini.
Perjalanan ini saya lakukan di tanggal 2 Januari 2016.
Biaya:
- Bensin: 3 kali isi @Rp. 230.000 = Rp. 700.000-an (Genapin aja 750.000).
- Tol 150.000 (Jakarta Brebes) + Sekitar 25.000 (Gresik-Sidoarjo, saya lupa angka pastinya, tapi kurang lebih segitu)
- Kapal Fery Rp. 149.000 (genapin jadi 150.000)
Total: 1.075.000,- diluar biaya makan dan cemil-cemil
Sabtu, 2 Januari 2016
17.00 Jakarta
Saya sekeluarga berangkat dari Jakarta sekitar jam 5 sore, tetapi kami singgah dulu di Bekasi karena ada sesuatu yang harus kami kerjakan.
Dari Bekasi, kami langsung menuju ke Bali.
Sebelumnya, kami sudah mengisi full bensin untuk mobil Avanza 2014 seharga Rp. 250.000,-. Hanya untuk info, sepanjang perjalanan, kami menggunakan AC non-stop, hehehehehe.
Bekasi- Brebes: 20.00-23.00
Dulu kalau mau ke daerah Jawa Tengah, maka Anda harus masuk Tol Cikampek, kemudian harus melewati jalan biasa melewati Subang (Pamanukan), Cirebon sampai ke Brebes. Tetapi sekarang sejak era Jokowi, maka tol nya sudah nyambung sampai ke Pejagan Brebes.
Ada pun total biaya tolnya sekitar Rp. 150.000-an.
Setelah keluar di Brebes, maka kami singgah sekitar 15 menit untuk beli makanan khas Brebes, yaitu TELUR ASIN.
Tidak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan.
Setelah masuk ke daerah Tegal, kami istirahat sekitar 1 jam, untuk makan malam. Kami memilih istirahat di Pom Bensin di daerah Tegal.
Minggu, 3 Januari 2016
Brebes- Semarang: 23.00-03.30
Karena kami jalannya malam, maka daerah yang kami lewati tidak macet. Tapi sebenarnya jalur di Jawa Tengah cukup oke karena rata-rata 3 jalur, jadi tidak terlalu padat.
Dari Brebes, maka kami masuk ke Tegal lalu melewati Pemalang, kemudian melewati Pekalongan, Batang, Kendal lalu sampailah di Semarang.
Di Semarang, kami mengisi bensin full seharga Rp. 230.000, lalu kami melanjutkan perjalanan.
Semarang- Demak- Kudus- Pati- Batangan- Rembang- Lasem- Tuban: 03.30- 06.00
Dari Semarang, sebenarnya kami nonstop (beberapa kali stop tetapi hanya untuk ke WC). Di WC Pom Bensin, biasanya kita harus bayar 2000 rupiah.
Sebelum masuk Tuban, maka Anda harus melewati beberapa kota seperti Demak, Kudus, Pati, Batangan, Rembang, Lasem. Lalu sampailah kita di Tuban.
Ketika masuk Tuban, matahari mulai bersinar dan disitulah saatnya saya bergantian menyetir dengan adik ipar saya.
Jalur Tuban memang sangat panjang. Dari Tuban, maka kita harus masuk ke daerah Gresik.
Tuban- Gresik- Surabaya- Sidoarjo: 06.00-12.00
Ketika sampai di Tuban, sebenarnya bagusnya masuk ke Gresik melewati Lamongan, tetapi karena saya ambil jalur Pantura, maka saya tidak melewati Lamongan. Sebenarnya sama saja, cuma kalau lewat jalur utara, jalurnya sempit karena cuma satu jalur.
Sampai di Kota Tuban sekitar jam 07.00. Jalur Tuban itu sangat panjang.
Sesudah lewat Tuban, maka kita akan sampai di Gresik. Nah, di Gresik ini kita langsung masuk tol sampai ke Sidoarjo melewati daerah Surabaya.
Makan siang di Daerah Pasuruan: 13.00
Setelah melewati Sidoarjo, Anda bisa berkunjung ke daerah lumpur Sidoarjo. Tapi karena berhubung kita kelewatan, ya sudah kita lewatkan saja.
Setelah keluar tol Anda akan melewati kota kecil yang bernama Bangil (entah itu kota atau bukan).
Kita berhenti di rumah makan sekitar Pasuruan untuk makan siang. Disini banyak kok makanan yang murah.
Tipsnya, jangan makan di tempat yang banyak nongkrong BUS Antar Kota, karena biasanya harganya agak sedikit mahal. Saya dan keluarga lebih pilih makanan bertarif sekitar 10.000 s/d 15.000-an.
Pasuruan- Probolinggo: 13.00-14.00
Jalur ini agak luas. Dan tibalah kita di daerah Paeton dimana Anda bisa melihat perusahaan besar (Pembangkit Jawa Bali). Daerah Paeton ini adalah daerah berbukit, dimana kendaraan Anda harus mendaki satu jalur.
Di daerah ini Anda harus berhati-hati untuk tidak melanggar lalu lintas. Karena ketika Anda menyalahi lalu lintas, ada pos polisi yang siap menindak Anda.
Ketika masuk perbatasan antara Probolinggo dengan Situbondo, tiba-tiba kami terkena macet parah karena ada truk terguling.
Dan kami terjebak tidak bisa kemana-mana karena antrian sangat panjang, sehingga kami harus menunggu penanganan polisi.
Dan truk terguling itu akhirnya bisa diatasi sekitar jam 16.00, itupun perjalanan kami tidak langsung lancar karena dari jalur yang lain juga sudah banyak kendaraan.
Setelah itu, kami ke Pom Bensin untuk mengisi bensin sekitar Rp. 220.000
Situbondo-Pelabuhan Banyuwangi: 16.00-20.00
Dari sini, kami mulai jalan santai dengan kecepatan maksimal 60 km/jam.
Sebelum sampai di Pelabuhan Banyuwangi, Anda akan melewati Hutan lebat, Alas Purwo.
Saran saya, ketika Anda masuk hutan tersebut, jangan berjalan sendiri. Ikutlah dengan kendaraan terdekat, karena dengar-dengar daerah ini cukup rawan bajing loncat.
Anda akan melewati hutan lebat ini selama sekitar 20-30 menit.
Dan setelah melewati hutan, sekitar 40 menit, Anda akan tiba di pelabuhan Banyuwangi.
Sebelum naik kapal Fery, maka Anda harus membayar sekitar 150.000/mobil. Penumpang tidak dihitung, alias gratis.
Ada pemeriksaan SIM dan STNK loh.
Pelabuhan Gilimanuk: 22.00 WITA
Sebenarnya sampenya jam 21.00, tapi karena di Bali pakai WITA, maka kita samakan jam terlebih dahulu.
Kami melanjutkan perjalanan, tetapi sekitar jam 23.00 kami berhenti di daerah Negara untuk makan malam.
Setelah melanjutkan perjalanan, kami lanjut dan sampai di Kuta sekitar jam 02.00.
Uniknya, karena kalau masuk hotel agak nanggung, maka mobil kami parkir di Kuta, dan kami tidur di mobil sampai jam 5 pagi. Pas jam 5, kami sudah boleh cek-in karena kebetulan kamarnya pas kosong. Lalu kami langsung melanjutkan perjalanan kami mengitari Bali.
(bersambung)...
Perjalanan balik Bali ke Jakarta via Darat, klik Disini!
Rabu, 27 Januari 2016
Selasa, 26 Januari 2016
DAFTAR PERUSAHAAN KELUARGA TERBESAR DI DUNIA
Credit Suisse merilis laporan 920 perusahaan milik keluarga di dunia. Perusahaan di dalam daftar tersebut memiliki kapitalisasi pasar minimal dari US$ 1 miliar, dengan kepemilikin saham keluarga setidaknya 20 persen. 920 perusahaan dari 35 negara itu, 64 persennya berasal negara berkembang terutama di Asia.
"Di pasar berkembang kami melihat kepemilikan banyak keluarga menjual saham secara bertahap dari waktu ke waktu. Berdasarkan data statistik menunjukkan kalau kepemilikan di generasi kedua menjadi hanya sepertiga. Lalu generasi ketiga hanya sekitar 12 persen, dan hanya tiga persen untuk generasi keempat," tulis analis Credit Suisse seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (17/7/2015).
Beberapa perusahaan telah dikendalikan oleh keluarga selama beberapa generasi, dan tidak ada bisnis keluarga tanpa masalah keluarga. Banyak dari pemilik perusahaan keluarga tersebut juga memiliki konflik.
Berikut ini adalah 5 perusahaan terbesar di dunia milik keluarga yang dirangkum CS Global Family 900 Universe:
1.Novartis
Industri: Perawatan Kesehatan
Negara: Swiss
Kapitalisas Pasar: US$ 279 miliar
Keluarga: Sandoz
Novartis adalah salah satu pembuat obat terbesar di dunia, didirikan 1996 setelah merger antara Sandoz dan Ciba Geigy. keturunan Edouard Sandoz (yang mendirikan Sandoz pada 1886) memiliki sejumlah saham Novartis. The Sandoz Foundation merupakan pemegang saham tunggal terbesar perusahaan, dan Presiden Pierre Landolt duduk di direksi Novartis.
2. Roche
Industri: Perawatan Kesehatan
Negara: Swiss
Kapitalisasi Pasar: US$ 254 miliar
Keluarga: Hoffmann-Oeri
Fritz Hofmann-La Roche mendirikan sebuah perusahaan sirup yang saat ini mengembangkan beberapa obat kanker terbaik di dunia. Ahli warisnya masih menguasai setidaknya setengah dari saham perusahaan, menurut Bloomberg. Keluarga Hoffmann-Oer mengendalikan perusahaan melalui voting mereka. Keluarga memiliki setidaknya delapan miliarder, termasuk Dr. Andreas Oeri dan André Hoffmann yang duduk di dewan direksi produksi obat .
3.Wallmart
Industri: Barang konsumsi
Negara: Amerika Serikat
Kapitalisasi Pasar: US$ 241 miliar
Keluarga: Walton
Keluarga Walton memiliki sekitar setengah dari Walmart melalui Walton Enterprises, menurut data Thomson Reuters. 50 persen saham cukup berharga untuk menempatkan lima ahli waris antara orang-orang terkaya di dunia. Rob dan Jim Walton duduk di dewan direksi, dan bersama dengan adiknya Alice dan adik ipar Christy, masing-masing memiliki kekayaan bersih sekitar US$ 35 miliar.
4. Facebook
Industri: Teknologi Informasi
Negara: Amerika Serikat
Kapitalisasi Pasar: US$ 225 miliar
Keluarga: Zuckerberg
Mark Zuckerberg telah membawa keluarganya ke bisnisFacebook. Saham yang masih dimilikinya hanya di bawah sepertiganya. Kakaknya Randi adalah seorang eksekutif pemasaran di Facebook sebelum dia memulai perusahaan sendiri. Zuckerberg juga memberikan ayahnya 2 juta saham atas rasa terima kasih padanya karena beliau sempat memberikan uang selama tahun-tahun awal perusahaan Facebook berdiri.
5.Anheuser-Busch InBev
Industri: Barang konsumsi
Negara: Belgia
Kapitalisasi Pasar: US$ 197 miliar
Keluarga: Lemann, Sicupira, Telles
Private equity grup 3G capital dibalik dari merger yang mendorong pembentukan Anheuser-Busch InBev. Saat ini, Jorge Paulo Lemann, salah satu orang terkaya Brazil menjadi pemegang saham terbesar. Rekannya Carlos Sicupira dan Marcel Herrmann Telles juga memiliki saham di perusahaan tersebut.
DAFTAR BANK TERBESAR DI INDONESIA 2015 (DARI SISI ASET)
Melanjutkan hobi saya Garry Tengker sebelumnya untuk menulis daftar, maka kali ini saya mencantumkan daftar bank terbesar di Indonesia tahun 2015 dari sisi aset.
Data ini saya dapatkan dari Kompas ditambah beberapa penjelasan dari Wikipedia. Berikut daftarnya:
1. Bank Mandiri (905, 76 Triliun)
(IDX: BMRI) adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta,[6] dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu,Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan[7] ke dalam Bank Mandiri.
2. Bank Rakyat Indonesia (802,30 Triliun)
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI atau Bank BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar diIndonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadjadengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden[1] atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Bank Permata merupakan salah satu bank swasta nasional di Indonesia. Tahun 2004 Standard Chartered Bank dan PT Astra Internasional Tbk mengambil alih PermataBank dan memulai transformasi besar-besaran di dalam organisasi. PermataBank memiliki visi menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 59 kota di Indonesia, per Oktober 2013 tercatat PermataBank memiliki 308 cabang (15 Cabang Syariah & 293 Cabang Konvensional), 20 Cabang Bergerak (Mobile Branch), 3 Payment Point, 888 ATM dengan akses di lebih dari 50.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan Visa,MasterCard, Cirrus. Direktur Utamanya saat ini adalah Roy Arman Arfandy.
Data ini saya dapatkan dari Kompas ditambah beberapa penjelasan dari Wikipedia. Berikut daftarnya:
1. Bank Mandiri (905, 76 Triliun)
(IDX: BMRI) adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta,[6] dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu,Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan[7] ke dalam Bank Mandiri.
2. Bank Rakyat Indonesia (802,30 Triliun)
Jenis | Jasa keuangan/publik |
---|---|
Simbol saham | IDX: BBRI |
Didirikan | Purwokerto, Hindia Belanda (16 Desember 1895) |
Pendiri | Raden Bei Aria Wirjaatmadja |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh penting | Sofyan Basir Presiden Direktur |
Situs web | www.bri.co.id |
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 miliar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 miliar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 miliar.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management.[2]
3. BCA (584,44 Triliun)
Logo BCA sejak era 1990-an (Lambang Grup BCA mulai digunakan sekitar tahun 1970, tulisan BCA Group diganti Grup BCA pada tahun 1998) | |
Jenis | Jasa keuangan/publik IDX: BBCA |
---|---|
Didirikan | Jakarta, Indonesia (1957) |
Pendiri | Sudono Salim |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh penting | Djohan Emir Setijoso Presiden Direktur |
Situs web | BCA.co.id KlikBCA.com |
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998.
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998.
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.
4. BNI 46 (456,46 Triliun)
Jenis | Bank |
---|---|
Didirikan | 5 Juli 1946 |
Tokoh penting | Margono Djojohadikusumo(pendiri) Achmad Baiquni (direktur utama) |
Pemilik | Kementerian BUMN |
Bank Negara Indonesia atau BNI (IDX: BBNI) adalah sebuah institusi bank milik pemerintah, dalam hal ini adalah perusahaanBUMN, di Indonesia. Dalam struktur manajemen organisasinya, Bank Negara Indonesia (BNI), dipimpin oleh seorang Direktur Utama[1] yang saat ini dijabat oleh Achmad Baiquni.
Bank Negara Indonesia (BNI) adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Julitahun 1946. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga mempunyai unit perbankansyariah, Namun sejak 2010 telah spin off (Memisahkan diri), yang dinamakan BNI Syariah
PT Bank Negara Indonesia Tbk didirikan oleh Margono Djojohadikusumo, yang merupakan satu dari anggota BPUPKI, lalu mendirikan bank sirkulasi/sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang RI.
Margono berjasa besar atas perkembangan bisnis atau usaha perbankan di Indonesia. Karena Margono adalah seorang pionir, maka dia berhasil menanamkan nilai-nilai dan cara pandang bisnis perbankan di Indonesia, menggantikan peranan De Javasche Bank pada era penjajahan.
Bank Negara Indonesia didirikan dan dipersiapkan pada tanggal 5 Juli 1946 menjadi Bank Sirkulasi atau Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang RI. Beberapa bulan setelah pendiriannya, Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama - Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pengusul dibentuknya sebuah Bank Sentral atau Bank Sirkulasi, serta sekaligus juga adalah sebagai pendiri dan Direktur Utama Bank Negara Indonesia yang pertama adalah Raden Mas (R.M.) Margono Djojohadikusumo.
Pada 1955, Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat nomor 2 tahun 1955.
Dengan inovasi perbankan yang luas, menimbulkan kepercayaan pemerintah terhadap perusahaan BNI. Maka, pada 1968, status hukum Bank Negara Indonesia ditingkatkan ke Persero dengan nama PT Bank Negara Indonesia.
Pada 2013, BNI memposisikan layanannya dalam tingkat yang lebih tinggi. Bank BNI meluncurkan kartu kredit dan kartu ATM/debit bergambar Tim Sepakbola peserta BPL,Chelsea, dengan logo MasterCard. Kartu tersebut dapat diterima oleh fans Chelsea. Bank BNI juga meluncurkan layanan trust bagi industri ekspor, termasuk untuk industri minyak dan gas.[2]
5. Bank CIMB Niaga (244,28 T)
Jenis | Jasa keuangan/publik (IDX:BNGA) |
---|---|
Didirikan | Jakarta, Indonesia (1955) (sebagai Bank Niaga) |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh penting | Nazir Razak |
Situs web | www.cimbniaga.com |
CIMB Niaga pertama kali didirikan pada tanggal 26 September 1955 sebagai bank swasta nasional dengan nama Bank Niaga. Setelah terbentuk, membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme karyawan menjadi perhatian utama bank. Pada tahun 1969, ketika sektor swasta di Indonesia dilanda krisis, Bank Niaga mampu bertahan dan berhak memperoleh jaminan dari Bank Indonesia. Bank Niaga kemudian merevisi rencana usahanya pada tahun 1974, dan berganti menjadi bank umum agar dapat memenuhi kebutuhan nasabah.
Pada tahun 1976 Bank Niaga meluncurkan Program Kredit Profesional, yaitu pinjaman bagi para profesional seperti ahli teknik, dokter, dan sebagainya. Selanjutnya, pada tahun1981-1982, Bank Niaga menjadi bank pertama di Indonesia yang menerapkan sistem perbankan jaringan (online) dan sistem jaringan kantor cabang. Langkah berikut yang ditempuh Bank Niaga adalah membentuk jaringan unit usaha penukaran valuta asing resmi di sejumlah kantor cabang pada tahun 1985 beserta beragam produk baru. Pada tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia.
Pada Juni 1989 merupakan tahun Bank Niaga melakukan penawaran saham perdana sehingga menjadi perusahaan terbuka. Saham yang ditawarkan laris dibeli, dan saham yang dipesan mencapai empat kali lipat dibanding jumlah saham yang diterbitkan (20.9 juta saham).
Bank Niaga mulai menyediakan layanan bagi nasabah kelas menengah-atas pada tahun 1998, guna memperbesar jumlah nasabah.
Pada tahun 1999, Bank Niaga menjadi bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) karena dana pemegang saham untuk rekapitalisasi kurang dari 20%.
Commerce Asset Holdings Berhad (CAHB), yang sekarang dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad, mengakuisisi saham Bank Niaga pada tahun 2002. Tahun 2007, seluruh kepemilikan saham berpindah ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group. Pada bulan Mei 2008, Bank Niaga resmi berubah nama menjadi Bank CIMB Niaga. Dalam rangka memenuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang ditetapkan Bank Indonesia, Khazanah Nasional Berhad sebagai pemilik saham mayoritas Lippo Bank dan juga saham pengendali Bank Niaga (melalui CIMB Group), melakukan penggabungan (merger) kedua bank tersebut secara resmi pada tanggal 1 November 2008 yang diikuti dengan pengenalan logo kepada masyarakat luas[2].
6. Bank Danamon (195,01 T)
Jenis | Publik (IDX: BDMN) |
---|---|
Industri/jasa | Keuangan dan komponennya |
Didirikan | Jakarta, Indonesia (16 Juli 1956) |
Kantor pusat | Kantor Pusat di Jakarta,Indonesia |
Tokoh penting | Sng Seow Wah Presiden Direktur |
Produk | Keuangan |
Pemilik | Asia Financial Indonesia |
Karyawan | 63.806 (Maret 2015/ Termasuk Anak Perusahaan) |
Slogan | Mitra Perbankan Terpercaya (1980-1997) Untuk Anda (1997-2001) Tumbuh Bersama Kepercayaan Anda (2001-2003) Percaya Pada Keyakinan Anda (2003-2008) Untuk Anda, Bisa (2008-sekarang) |
Situs web | www.danamon.co.id |
Bank Danamon didirikan pada tanggal 16 Juli 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia[2]. Pada tahun 1976 nama bank ini berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia[2]. Bank ini menjadi bank pertama yang memelopori pertukaran mata uang asing pada tahun 1976[2] dan tercatat sahamnya di bursa sejak tahun 1989[2].
Pada tahun 1997, sebagai akibat dari krisis finansial di Asia, Bank Danamon mengalami kesulitan likuiditas dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh di bawah pengawasan BPPN atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional (dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama IBRA) sebagai Bank yang diambil alih Pemerintah (BTO - Bank Take Over)[2]. Pada tahun 1999, pemerintah melaluiBPPN melakukan rekapitalisasi Bank Danamon sebesar Rp 32 miliar dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah (Government Bonds). Pada tahun yang sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi satu dengan Bank Danamon sebagai salah satu bagian dari rencana restrukturisasi BPPN[2].
Pada tahun 2000, Bank Danamon kembali melebarkan sayapnya dengan menjadi bank utama dalam penggabungan 8 Bank BTO lainnya. Pada saat inilah Bank Danamon mulai muncul sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia.
Pada 3 tahun berikutnya, Bank Danamon mengalami restrukturisasi besar-besaran mulai dari bidang manajemen, sumber daya manusia, organisasi, sistem informasi, anggaran dasar dan logo perusahaan. Usaha keras yang dilakukan ini akhirnya berbuah hasil dalam membentuk pondasi dan infrastruktur bagi Bank Danamon dalam tujuannya untuk meraih pertumbuhan yang maksimal berdasarkan transparansi kerja, tanggung jawab kepada masyarakat, integritas sebagai salah satu pilar ekonomi di Indonesia dan sikap profesional dalam menjalankan tugasnya sebaga salah satu bank terbesar di Indonesia (atau lebih dikenal dengan istilah TRIP).
Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan sahamnya oleh konsorsium Asia Finance Indonesia[2] --- di bawah kendali Temasek Holdings. Dengan hadirnya manajemen baru, maka dicanangkanlah penata ulangan model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon dalam usahanya untuk terus melakukan perubahan total dalam disain yang sudah dirancang untuk menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional terkemuka di Indonesia dan bank pemain utama di kawasan Asia.
Sejak tahun 2008, Bank Danamon yang kemudian dikenal dengan nama Danamon mulai menggerakan masyarakat Indonesia lewat kampanye "Untuk Anda, Bisa". Bahkan sejak2010, Danamon meluncurkan program Semangat Bisa. Musim 1 dari Semangat Bisa ditayangkan oleh Trans 7 serta dipandu oleh Pandji Pragiwaksono dan Musim 2 ditayangkan oleh Global TV serta dipandu oleh Soraya Hylmi.
7. Bank Permata (194,49 T)
Jenis | Publik (IDX: BNLI) |
---|---|
Industri/jasa | Perbankan dan komponennya |
Didirikan | Jakarta, Indonesia (1954) |
Kantor pusat | Gedung World Trade Center IIJakarta, Indonesia |
Tokoh penting | Roy Arman Arfandy, Presiden Direktur |
Produk | Keuangan |
Induk | Astra Internasional dan Standard Chartered Bank |
Situs web | www.permatabank.com |
Dewan Komisaris[sunting | sunting sumber]
- Komisaris Utama : Cheng Teck Lim
- Wakil Komisaris Utama : Gunawan Geniusahardja
- Komisaris Independen : Lukita D. Tuwo
- Komisaris Independen : I. Supomo
- Komisaris Independen : David Allen Worth
- Komisaris Independen : A. Tony Prasetiantono
- Komisaris : Mark Spencer Greenberg
- Komisaris : Sebastian Ramon Arcuri
Direksi[sunting | sunting sumber]
- Direktur Utama : Roy Arman Arfandy
- Wakil Direktur Utama : Julian Loong Choon Fong
- Direktur Retail Banking : Bianto Surodjo
- Direktur Keuangan : Sandeep Kumar Jain
- Direktur Unit Usaha Syariah : Achmad Kusna Permana
- Direktur Sumber Daya Manusia : Indri Koesindrijastoeti H.
- Direktur Risiko : Michael Coye
- Direktur Kepatuhan : Mirah Wiryoatmodjo
- Direktur Teknologi dan Operasi : Tjioe Mei Tjuen
- Direktur Wholesale Banking : Anita Siswadi
8. Bank Panin (182,83 T)
Jenis | Jasa keuangan/publik |
---|---|
Pendahulu | Bank Kemakmuran Bank Industri dan Dagang Indonesia Bank Industri Djaya Indonesia |
Penerus | Masih Beroperasi |
Didirikan | 20 Oktober 1971, Jakarta,Indonesia |
Pendiri | Panin Group |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh penting | Drs.H.Rostian Sjamsudin,Direktur Utama |
Situs web | www.panin.co.id |
Panin Bank merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Panin Bank mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakartatahun 1982 yang menjadikannya sebagai bank pertama yang diperdagangkan secara terbuka di bursa.
Per Juni 2009, Panin Bank tercatat sebagai bank ke-7 terbesar di Indonesia dari segi total aset Rp.71,2 triliun, dengan permodalan mencapai Rp. 9,8 triliun dan CAR 23,9%.
Panin Bank memiliki jaringan usaha lebih dari 450 di berbagai kota besar di Indonesia dan lebih dari 18.500 ATM ALTO dan jaringan ATM Bersama, Internet Banking, Mobile Banking, Phone Banking, dan Call Centre serta kartu debit bekerja sama denganMasterCard, Cirrus, Maestro yang diakses secara internasional.
Strategi usaha Panin Bank fokus pada bisnis perbankan retail. Panin Bank berhasil memposisikan sebagai salah satu bank utama yang unggul dalam produk jasa konsumen dan komersial.
Anak perusahaan[sunting | sunting sumber]
- PT Clipan Finance Indonesia Tbk
- PT Bank Panin Syariah
- PT ANZ Indonesia
- PT Verena Multi Finance Tbk
9. Bank BTN (166,04 T)
Jenis | Jasa keuangan/publik/Badan Usaha Milik Negara |
---|---|
Didirikan | Batavia, Hindia Belanda,1897 |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh penting | Maryono Presiden Direktur |
Induk | Kementerian BUMN |
Situs web | www.btn.co.id |
Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada tahun 1897. Pada tahun 1942, sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku (貯金局?). Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.[butuh rujukan]
Sejarah BTN:
- 1897: Berdiri dengan nama Postpaarbank
- 1942-1945: Berubah nama menjadi Chokin Kyoku
- 1950: Menjadi Bank Tabungan Pos
- 1963: Menjadi Bank Tabungan Negara
- 1968: Resmi dimiliki Pemerintah (BUMN)
- 1974: Pelayanan lebih difokuskan
- 1989: Mendapat izin bank umum dan penerbitan obligasi
- 1992: Menjadi Persero
- 1994: Mendapat izin bank devisa
- 2000: Ikut program rekapitulasi
- 2002: Pinjaman Tanpa Subsidi
- 2003: Restrukturisasi
- 2005: Peluncuran BTN Syariah
- 2008: Sekuritisasi aset
Struktur organisasi[sunting | sunting sumber]
Struktur organisasi sejak Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Bank BTN tanggal 24 Maret 2015
Dewan Komisaris[sunting | sunting sumber]
- Komisaris Utama (Independen) : Chandra M.Hamzah
- Komisaris: 'Fajar Harry Sampurno'
- Komisaris: 'Sumiyati'
- Komisaris: Kamaruddin Sjam
- Komisaris: Lucky Fathul Aziz H.
- Komisaris (Independen) : Catherinawati Hadiman
- Komisaris (Independen) : Arie Coerniadi
Direksi[sunting | sunting sumber]
- Direktur Utama: Maryono
- Direktur : Irman Alvian Zahiruddin
- Direktur : Mansyur Syamsuri Nasution
- Direktur : Iman Nugroho Soeko
- Direktur : Adi Setianto
- Direktur : Sis Apik Wijayanto
- Direktur : Sulis Usdoko
- Direktur : Oni Febriarto Rahardjo
Dewan Pengawas Syariah[sunting | sunting sumber]
- Ketua: Drs H.A.Nazri Adlani
- Anggota: Drs H Mohammad Hidayat,MBA,MH
10. Bank Maybank Indonesia (d/h BII)- (153,92 T)
Jenis | Jasa keuangan/publik |
---|---|
Didirikan | 15 Mei 1959[1] |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Daerah layanan | Indonesia Kepulauan Cayman Mauritius Mumbai |
Tokoh penting | Taswin Zakaria ( Presiden Direktur |
Produk | BII KPR Bebas Bunga KPR Ekspres KPR Floating Rate Maxicash Rumah Maxima |
Jasa | Tabungan Giro Deposito Pinjaman Investasi dll |
Pendapatan | Rp 1,3 triliun (Kinerja 30 September 2012)[2] |
Karyawan | ≥ 8 ribu orang |
Induk | Sinarmas Group (1994-2001) Maybank (2009-sekarang) |
Anak perusahaan | WOM Finance BII Finance Center |
Situs web | Bank Maybank Indonesia |
Pada 2008 BII diakuisi oleh Maybank melalui anak perusahan yang dimiliki sepenuhnya yaitu Maybank Offshore Corporate Services (Labuan) Sdn. Bhd. (MOCS) dan Sorak Financial Holdings Pte. Ltd. (Sorak). Melalui persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 23 September 2015, BII berubah nama menjadi Maybank Indonesia, mengukuhkan identitasnya sebagai entitas utuh yang tidak terpisahkan dari Grup Maybank serta senantiasa berusaha untuk menghadirkan Humanising Financial Services kepada semua pemangku kepentingan.
Maybank Indonesia merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang terkoneksi dengan jaringan regional maupun internasional Grup Maybank. Per 31 Desember 2014 Maybank Indonesia memiliki 455 cabang termasuk cabang Syariah dan kantor fungsional mikro yang tersebar di Indonesia serta dua cabang luar negeri (Mauritius dan Mumbai, India), 13 Mobil Kas Keliling dan 1.530 ATM termasuk CDM (Cash Deposit Machine) yang terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS dan terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Singapura dan Malaysia melalui jaringan MEPS.
Maybank Indonesia menyediakan serangkaian produk dan jasa komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi melalui layanan Perbankan Ritel, Perbankan Bisnis, dan Perbankan Global, serta pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk kendaraan roda dua dan BII Finance untuk kendaraan roda empat. Maybank Indonesia juga terus mengembangkan layanan dan kapasitas e-banking melalui Mobile Banking, Internet Banking dan berbagai saluran lainnya.
Per 31 Desember 2014, Maybank Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp101,9 triliun dan memiliki aset senilai Rp143,3 triliun.
Manajemen[sunting | sunting sumber]
Dewan Komisaris[sunting | sunting sumber]
- Presiden Komisaris: Tan Sri Dato' Megat Zaharuddin bin Megat Mohd Nor
- Komisaris: Datuk Abdul Farin bin Alias
- Komisaris: Spencer Lee Tien Chye
- Komisaris Independen: Umar Juoro
- Komisaris Independen: Budhi Dyah Sitawati
- Komisaris Independen: Achjar Iljas
Dewan Direksi[sunting | sunting sumber]
- Presiden Direktur: Taswin Zakaria
- Direktur Keuangan: Thilagavathy Nadason
- Direktur Operasional dan TI: Ghazali bin Mohd Rasad
- Direktur Business Banking: Jenny Wiriyanto
- Direktur Perbankan Ritel: Lani Darmawan
- Direktur yang membawahkan Kepatuhan Hukum dan Corporate Secretary serta sebagai Direktur Independen untuk memenuhi Peraturan Bursa Efek Indonesia No. I-A Tahun 2014: Dhien Tjahajani
- Direktur Manajemen Risiko: Henky Sulistyo
- Direktur Perbankan Global: Eri Budiono
Langganan:
Postingan (Atom)