Seperti kita ketahui bahwa Joko Widodo adalah pemenang Pilpres 2019 yang berarti ini adalah periode dia yang kedua (walaupun masih dalam sengketa di MK). Dan ini juga berarti bahwa beliau tidak diperbolehkan lagi untuk mencalonkan diri ke depannya.
Sebenarnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden Indonesia, ada beberapa aspek yang menurut saya penting, mari kita lihat aspek tersebut:
1. Pengalaman
Tentu saja tidak ada yang memiliki pengalaman sebagai Presiden ketika Pilpres 2024 berlangsung. Begitupun, tidak ada yang berpengalaman sebagai Wapres. Karena prediksi saya, KH Ma'ruf Amin tidak akan mengikuti pemilihan 2024 sebagai Capres ataupun Cawapres (bukan karena kurangnya kemampuan loh yah, tetapi karena faktor usia).
Sehingga pengalaman yang saya maksud adalah pengalaman dalam birokrasi pemerintahan. Biasanya yang akan jadi presiden (termasuk di berbagai negara lainnya) adalah yang pernah memiliki pengalaman sebagai Walikota, Gubernur ataupun Menteri.
Kecuali dalam sistem pemerintahan Parlementer (dipimpin oleh Perdana Menteri), ada kemungkinan yang menjadi Presiden adalah Pemimpin Partai.
Tapi kan Indonesia pernah dipimpin oleh Gus Dur dan Megawati yang notabene tidak punya pengalaman sebagai Menteri ataupun Gubernur. Tunggu dulu, itu era yang berbeda karena era Gus Dur dan Megawati, Presiden saat itu tidak dipilih langsung tetapi dipilih oleh DPR/MPR (sebenarnya sih mirip parlementer, sehingga harusnya dulu Pemimpin Pemerintahan harusnya disebut sebagai Perdana Menteri. Tetapi sudahlah, saya tidak mau fokus membahas itu).
2. Kendaraan Politik
Sekarang ini di Indonesia, saya melihat ada beberapa partai politik yang memiliki nilai jual tinggi ketika mencalonkan sebagai pemimpin.
Berikut ini adalah partai yang menurut saya cukup kuat:
- PDI Perjuangan
- Gerindra
- Golkar
- PKB
- PKS
- Demokrat
- dan tentu saja tidak bisa dilupakan, partai yang dalam Pilgub 2018 banyak memenangkan calonnya sebagai Gubernur yaitu NASDEM.
Untuk PAN dan Demokrat menurut saya masih agak riskan jika mengajukan sebagai Capres, kecuali ada peristiwa politiik yang luar biasa.
3. Pangsa Pasar
Saat ini, tidak bisa dipungkiri ada beberapa segmen yang harus digarap. Saya membaginya menjadi beberapa area:
- Muslim tradisional (NU, Muhammadiyah). Kekuatan mereka sangat terlihat di Jawa (NU) dan Sumatera (Muhammadiyah)
- Muslim perkotaan (tentu saja PKS sangat kuat disini. Dan jika berbenah, maka PBB juga memiliki kekuatan sendiri nantinya). Kota seperti Jakarta tidak bisa dipungkiri adalah basis dari kelompok ini begitu juga daerah sekitarnya yang memiliki jumlah penduduk tinggi (Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang)
- Kelompok minoritas (agama lain selain Islam). Biasanya kelompok ini akan tergabung dengan kelompok dibawah ini, yaitu
- Nasionalis. Tidak bisa dipungkiri, kelompok ini adalah warisan dari Soekarno. Dan PDI-P, Nasdem dan Gerindra sangat kuat disini.
Lalu dimana Partai Golkar"? Agak sulit menebak partai Golkar karena pemilih Partai Golkar tidak terkungkung di satu kelompok tertentu.
4. Dukungan tokoh berpengaruh
Melihat 2019, maka ada beberapa tokoh yang ketika memilih seorang calon, maka akan diikuti oleh pendukung/pengikut fanatiknya. Tokoh ini memang tidak bergabung secara langsung dengan partai, tetapi punya pengaruh yang sangat kuat.
- Kyai NU di Jawa Tengah dan Jawa Timur (diluar Madura)
- Jusuf Kalla. Tidak bisa kita pungkiri bahwa JK memiliki pengaruh yang kuat di Indonesia Timur.
- Keluarga Gus Dur. Kalau Gus Dur mah, ga usah ditanya lagi pengaruhnya seperti apa.
- Ahok. Walaupun menurut saya peluang dia menjadi Presiden atau bahkan Wapres hampir tidak ada, tetapi pengagum dia sangat banyak.
- Habib Riziek. Suara HRS bukan hanya dapat mempengaruhi simpatisan FPI tetapi juga sangat berpengaruh terhadap para pemilih Islam Perkotaan.
Tentu saja, nama ini diluar nama para "King Maker" seperti Megawati, Prabowo, Surya Paloh, SBY, Amien Rais.
Langsung sajalah, kalau begitu siapa saja calonnya yang saya analisis berdasarkan pemetaan SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threats - Tapi analisis O dan T tidak saya jabarkan, karena pasti juga anda malah bacanya hehehe):
1. Anies Baswedan
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Gubernur DKI
- Basis massa Islam perkotaan
Kelemahan:
- Secara kinerja, belum ada sesuatu yang bisa "dijual" (saya tidak bilang jelek yah, tetapi belum ada yang benar-benar bisa dijual saja sebagai bahan kampanye Capres)
- Tidak punya dukungan partai secara langsung (bukan kader partai manapun)
Ridwan Kamil - Ganjar - Anies - AHY Gambar diambil dari tribunnews.com |
Seandainya beliau tidak mendapatkan dukungan dari partai, maka Anies Baswedan adalah tokoh yang bisa menjadi calon Wakil Presiden yang sangat mampu menarik pemilih.
2. Ganjar Pranowo
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Gubernur Jawa Tengah (2 Periode)
- Kemungkinan ada dukungan dari PDI-P
- Memiliki kemampuan dalam public speaking, kampanye dan berdebat yang sangat luar biasa
- Ganteng (jangan salah loh yah, ini faktor yang punya pengaruh lumayan besar). Kalau ga percaya, ingat saja bagaimana Soekarno dan SBY menjadi favorit karena penampilannya yang keren.
Kelemahan:
- Ketika Pilgub Jawa Tengah, meraih suara 59%. Suara ini masih jauh dibawah suara Jokowi di Jawa Tengah ketika Pilpres 2019 (83%). Ini menjadi PR sendiri buat beliau.
- Walaupun terbukti tidak bersalah dalam kasus E-KTP, feeling saya isu ini pasti akan jadi mainan lawan politiknya.
Saran:
Seandainya mau pilih Cawapres, pastikan cawapresnya harus berlatar belakang organisasi Islam. Walaupun ketika di Jawa Tengah, ketika memilih Taj Yasin, strategi ini kurang optimal.
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Gubernur Jawa Timur
- Pengalaman sebagai Menteri
- Kemungkinan didukung oleh NU (minimal dari muslimat NU)
- Punya hubungan yang dekat dengan Golkar, PKB, PDI-P, PPP.
Kelemahan:
- Pamor beliau belum terlalu naik kalau diluar pulau Jawa
Saran:
Carilah calon dari Indonesia Timur (kalau pangsa pasar paling bagus, tentu saja Sulawesi Selatan) atau dari Sumatera.
4. Ridwan Kamil
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Gubernur Jawa Barat dan Walikota Bandung
- Memiliki kekuatan suara di kaum milenial
Kelemahan:
- Tidak tergabung dengan Partai (walaupun kemungkinan bisa saja didukung Nasdem)
- Ketika Pilgub Jawa Barat, perolehan suara masih dibawah 40%
Saran:
Melihat peta politik, maka agak sulit buat RK bahkan untuk menang di Jawa Barat kalau dalam konteks Pilpres, mengingat Jokowi kalau dengan perolehan suara cukup besar disana. Maka RK seperti Anies, sangat baik jika saat 2024 mencalonkan sebagai Cawapres.
5. Sandiaga Uno
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Wagub DKI
- Pengalaman dalam mengikuti Pilpres sehingga namanya sudah cukup dikenal
- Mewakili kaum Milenial
- Memiliki dana kampanye yang cukup kuat
Kelemahan:
- Tentu saja jika menonjolkan pengalaman memimpin Jakarta, beliau akan bersaing dengan Anies Baswedan, dan hampir mustahil beliau akan bersanding dengan Anies di Pilpres 2024 (tentu saja apapun mungkin dalam politik, tetapi peluangnya sangat kecil)
- Vakum yang cukup lama antara terakhir muncul sebagai Wagub DKI dan Pilpres 2024
- Pendapatnya mengenai hasil pemilu 2019 tentang kecurangan, tentu saja sangat sulit untuk menarik suara para pemilih Jokowi kepada dirinya.
Saran:
Harus re-branding karena selama ini dianggap sebagai lawan politik Jokowi. Selain itu harus mencari cara agar tetap eksis dalam panggung politik.
Karena selama ini banyak Cawapres di Pilpres yang tenggelam di dunia politik di Pilpres berikutnya (Agum Gumelar, Gus Sholah, Hasyim Muzadi, Siswono Yudohusodo, Hatta Rajasa).
6. AHY
Kekuatan:
- The Power of SBY (kharisma dan kepintaran)
- Dukungan partai Demokrat. Selama ini, Demokrat adalah satu-satunya partai yang bisa diterima oleh partai manapun (bahkan termasuk oleh PDI-P)
- Pilihan AHY dengan menerima hasil Pilpres 2019, kemungkina menarik simpati para pendukung Jokowi yang memiliki pangsa pasar 58%
Kelemahan:
- Belum memiliki pengalaman birokrasi
- Terlalu dini meninggalkan TNI
- Pernah kalah di DKI dalam Pilgub, bahkan suaranya masih di bawah Ahok.
Saran:
Beliau harus menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
7. Muhaimin Iskandar
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Menteri
- Kemungkinan didukung oleh NU dan PKB
- Punya hubungan yang dekat dengan Demokrat, PDI-P (khususnya dengan Bu Mega)
Kelemahan:
- Isu liar ketika dia menjadi menteri kemungkinan akan menjadi mainan lawan politik nya
- Tidak bisa kita pungkiri, bahwa beliau punya hubungan yang agak complicated dengan keluarga Gus Dur. Dan keluarga Gus Dur memiliki pengaruh yang kuat di NU.
Saran:
Jika ingin menang, ada cara yang sangat beresiko, yaitu pilih pasangan dari orang yang memiliki dukungan masa Islam Perkotaan (PKS). Tentu saja ini berisiko ditinggal oleh Gusdurian.
Dua ulama yang memiliki elektabilitas cukup tinggi, Ustadz Abdul Somad dan Tuan Guru Bajang |
Kekuatan:
- Pengalaman sebagai Gubernur NTB 2 Periode
- Dapat diterima oleh umat Islam tradisionil dan Islam Perkotaan
Kelemahan:
- Sulit mendapatkan dukungan partai
- Berasal dari Provinsi yang jumlah pemilihnya kurang signifikan
- Kepopulerannya dimata pemilih non-Islam masih rendah
Saran:
Harus menjadi pimpinan di Partai atau menjadi Menteri di era Jokowi.
Mereka memiliki peluang, tetapi kemungkinan kecil tidak mencalonkan atau dicalonkan
Tentu saja, nama-nama dibawah ini tidak boleh kita lupakan
Mahfud MD yang pernah menjadi ketua Timses Prabowo |
- Prabowo Subianto
Walaupun prediksi saya beliau tidak akan mencalonkan lagi (kemungkinan karena faktor usia), tetapi semua keputusan tetap ada dalam tangan beliau. Tetapi agak sedikit riskan karena antara Pilpres 2014 ke 2019, ada penurunan suara yang cukup drastis. Tetapi peluang beliau menang, masih sangat besar.
- Mahfud MD
Sempat diisukan menjadi Cawapres Jokowi, namun gagal di menit terakhir. Peluangnya cukup besar, tetapi prediksi saya akan tetap didapuk di posisi Cawapres.
Tadinya berharap Partai PSI lolos, karena bisa saja PSI mencalonkan beliau.
- Puan Maharani
Jika mengambil para pemilih Soekarnois, memang agak sulit karena beliau adalah generasi ketiga. Ditambah kekalahan Megawati dari SBY, akan berdampak besar jika pertandingan berikutnya Puan berhadapan dengan AHY.
Saya berharap Bu Puan mengambil langkah sebagai Ketum PDI-P dulu sebelum mencalonkan diri sebagai Capres atau Cawapres.
- Nurdin Abdullah
Sebagai Gubernur Sulawesi Selatan, beliau cukup mumpuni karena ditunjang oleh visi yang besar. Masalahnya PDI-P sebagai partai pengusungnya, kemungkinan akan memilih calon lain untuk menjaga posisinya sebagai pemenang Pileg 2019.
- Tito Karnavian
Memang belum pernah ada sejarahnya lulusan instansi POLRI yang menjadi Capres atau Cawapres. Walaupun memiliki kemampuan baik, namun akan kesulitan mencari partai pengusung.
- Ustad Abdul Somad
Anda pasti belum lupa bahwa nama beliau sempat mau dijadikan sebagai Cawapres dari Prabowo. beliau memiliki basis massa cukup besar, hanya saja kendalanya adalah tidak adanya dukungan partai (jika ada, kemungkinan dari PKS atau PBB).